Tantangan Indonesia Hadapi Transisi Energi dan Perubahan Iklim
Berita Kerjasama - Rabu, 09 November 2016
JAKARTA – Indonesia saat ini menjadi penghasil karbondioksida terbesar di Asia Tenggara, terbukti total kontribusi emisi hampir mencapai sekitar tujuh persen. Inilah yang kemudian menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi transisi energi sekaligus perubahan iklim. Demikian antara lain yang diungkapkan oleh Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Gellwynn Jusuf dalam Seminar ThreeMe bertajuk Towards Energy Transition: From Economic Modeling to National Action Plans yang diselenggarakan di Aryaduta, pada Rabu (9/11).
“Indonesia menjadi satu dari lima besar negara penghasil rumah kaca terbesar di dunia. Beberapa sektor dan aktivitas yang paling banyak menyebabkan pengurangan emisi antara lain penebangan hutan liar, degradasi hutan dan terjadinya kebakaran hutan,” tutur Gellwynn.
Dalam meningkatkan alokasi energi baru dan terbarukan ke dalam energi mix Indonesia memiliki rencana progresif. Seperti, Dewan Energi Nasional (DEN) mengarahkan agar Indonesia harus memiliki paling tidak 23% energi terbarukan di tahun 2025 dan meningkat menjadi 31% di tahun 2050. Melalui target ini akan membantu Indonesia meraih energi yang besar jika suatu saat emisi gas rumah kaca berkurang dan mengakibatkan kerusakan lingkungan.
“Saya percaya dengan adanya seminar ini, kita dapat belajar dari pengalaman negara lain untuk mengatasi emisi gas rumah kaca dan mencapai transisi energi yang baik. Selain itu saya berharap kerjasama ini tidak terhenti pada seminar ini saja. Karena perkembangan perubahan iklim dan energi transisi adalah isu yang harus ditangani bersama,” ucap beliau menutup sambutan.
Hadir beberapa narasumber dalam seminar ini yaitu Kepala Sub Direktorat Sumber Daya Energi dan Kelembagaan Bappenas Nizhar Marizi, Direktur Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan Bappenas Josaphat Rizal Primana, Netherlands Organisation for Applied Scientific Research (TNO)/OFCE Frẻdẻric Reynẻs, Supply-side Modelling Lead, International Energy Agency (IEA) Uwe Remme, Economic Research and Regional Cooperation Department Asia Development Bank (ADB) David Raitzer, Principal Director, French Ecnomic Observatory (OFCE) Xavier Timbeau, perwakilan DEN Rinaldy Dalimi, dan Representative of the Government of Aruba at the EU Cedric Tilma.