Persaingan Merebut Pasar Industri Halal Makin Kuat
Berita Utama - Kamis, 19 Oktober 2017
JAKARTA – Geliat industri halal dunia semakin berkembang dewasa ini. Tidak hanya negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim, negara-negara non-muslim pun tidak ketinggalan untuk menikmati pangsa pasarnya. Hal ini tentunya akan meningkatkan persaingan antar negara di dunia untuk merebut besarnya industri halal. Demikian dikatakan Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro saat menjadi pembicara kunci pada The 2nd Indonesia International Halal Lifestyle Expo & Conference (INHALEC) 2017 di Balai Kartini, pada Kamis (19/10).
“Jepang, Korea dan Thailand saai ini masih sangat masif mengembangkan wisata halalnya untuk meraih kunjungan wisatawan dari timur tengah. Hal ini dilakukan ketiga negara tersebut karena mereka ingin demand dipasar penduduk muslim bisa mereka kuasai,” tegas menteri Bambang.
Selanjutnya, beliau menambahkan bahwa Indonesia harus memiliki strategi untuk menguasai pasar industri halal global. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar, sudah saatnya Indonesia menjadi pemain utama. Hal ini juga mengantisipasi perubahan peta demografi penduduk dimana Indonesia akan turun dari peringkat empat sebagai negara berpenduduk terbesar di dunia saat ini. Beberapa negara tersebut diantaranya di negara-negara mayoritas muslim.
Tahun 2045, India akan menjadi negara terbesar di dunia dan jumlah penduduk muslimnya akan melewati indonesia. Namun, melihat hal tersebut, tentu Indonesia akan tetap menjadi pasar bagi negara lain, tidak hanya dari negara mayoritas muslim tetapi juga dari negara mayoritas non muslim, terutama pada produk halal.
“Saat ini Indonesia masih menjadi negara terbesar keempat dunia, namun jika diperkirakan di tahun 2030-2045, Indonesia akan turun menjadi urutan kelima. Melihat itu, maka ada baiknya kita sudah mempersiapkan bagaimana membangun industri halal, terlebih negara kita termasuk dalam posisi dengan penduduk muslim terbesar,” tutur Menteri Bambang.
Jika dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia bisa dibilang masih cukup tertinggal pada wisata halal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah wisatawan Muslim yang lebih banyak mengunjungi Malaysia dibandingkan Indonesia, yaitu diperkirakan ada 25-26 juta wisatawan mengunjungi Malaysia, sedangkan Indonesia baru ditataran 12 juta.
Indonesia diharapkan dapat fokus untuk mengembangkan dua produk utama, yaitu makanan dan pakaian. Makanan dipilih karena Indonesia merupakan sektor manufaktur yang menyumbang cukup besar bagi perekonomian nasional. Industri pakaian harus dikembangkan karena Indonesia merupakan negara dengan penghasil garment yang berkualitas.
“Struktur industri kita salah satu yang besar dan kompetitif adalah industri pengolahan makanan dan minuman serta menyerap banyak tenaga kerja. Industri pakaian juga produk lain yang harus dikembangkan karena Indonesia adalah negara penghasil garment yang berkualitas. Namun demikian, branding produk garment memang masih kurang dibandingkan negara maju lainnya. Tetapi, yang terpenting adalah affordability, apakah produk tersebut (pakaian dan kecantikan) bisa dijangkau sebagian besar penduduk kita atau tidak,” pungkas Menteri Bambang.