Menteri Bambang Dorong Penguatan Koperasi dan Gotong Royong sebagai Modal Sosial
Berita Utama - Kamis, 26 Juli 2018
Yogyakarta – Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjadi salah satu pembicara dalam sesi panel acara “Seminar Harmoni dalam Keberagaman” pada 26 Juli 2018 di Grand Ballroom Hotel Tentrem, Yogyakarta. Dalam sesi tersebut, Menteri Bambang menjelaskan kondisi ekonomi Indonesia. “Kita sepakat bahwa Indonesia dalam posisi yang cukup baik, kalau dilihat dari konteks global. PDB kita sekarang nomor 15 besar di dunia, dan sudah masuk kategori US$1 trillion economy. Artinya, kita sudah melalui proses begitu lama, akhirnya sampai di posisi seperti sekarang, dan kita masih punya optimisme ke depan. Basic yang membawa Indonesia naik kelas dari menengah ke high income itu semua sudah dimiliki,” jelas beliau.
Beliau kemudian mencontohkan Yugoslavia yang tidak dapat survive menjadi suatu negara. “Pada tahun 1998, ketika kita pada tahap reformasi, pada saat itu juga Yugoslavia hancur berkeping-keping. Negara yang tidak sebesar Indonesia dan kontinen pula dapat dengan mudah pecah menjadi 9 negara, dan pecahnya itu karena etnis, agama, dan pride di antara ras. Untuk itu, kalau kita lihat kembali Indonesia yang lebih besar, kepulauan, etnik yang luar biasa banyak, harusnya Indonesia dalam posisi yang lebih rawan. Faktanya, Indonesia bisa bersatu, dan bahkan yang lebih hebat lagi tahun 2001 kita sudah memutuskan desentralisasi. Bahkan dengan otonomi daerah pun, kita bisa menjaga persatuan,” jelas Bambang.
Menteri Bambang mengatakan strategi agar Indonesia menjadi negara maju adalah dengan memelihara dan memperkuat modal sosial. “Modal pembangunan itu tidak hanya uang, investasi, atau kekayaan SDA, tetapi juga modal sosial. Modal sosial ini yang membedakan Indonesia dengan Yugoslavia dan emerging economy. Modal sosial membuat Indonesia relatively lebih stable dan steady kalau bicara pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, sangat penting memperkuat modal sosial,” kata beliau.
Berkaitan dengan prinsip ekonomi, beliau mengatakan terdapat dua tradisi dan karakter Indonesia yang harus dihidupkan kembali. Pertama, gotong royong, yaitu bekerja bersama dengan sama sekali tidak ada segregasi. Inti dari gotong royong ini adalah semua orang dengan latar belakang yang berbeda-beda tetapi mempunyai tujuan yang sama, maka kita harapkan dapat saling bekerjasama. Kedua, wadah dari kegiatan ini adalah koperasi. Wisdom dari koperasi adalah kepemilikan bersama, dan keanggotaannya tidak membeda-bedakan. Berbeda dengan Perseroan Terbatas (PT), koperasi tidak membuat segelintir orang semakin kaya dan ketimpangan akan semakin kecil.