Implementasi Sustainable Development Goals melalui Pengembangan Geopark Indonesia
Berita Utama - Kamis, 12 Juli 2018
Jakarta – Geopark adalah sebuah wilayah geografi yang memiliki warisan geologi dan keanekaragaman geologi yang bernilai tinggi dan kenekaragaman hayati dan keragaman budaya yang menyatu di dalamnya, yang dikembangkan dengan tiga pilar utama, yaitu konservasi, edukasi dan pengembangan ekonomi lokal. Setelah sebelumnya ada dua taman bumi (geopark) Indonesia, yakni Gunung Batur dan Gunung Sewu yang mendapat predikat taman bumi global UNESCO (UNESCO Global Geopark) pada 2016, pada April 2018, ada dua taman bumi Indonesia yang kembali masuk ke dalam daftar lembaga pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut, yaitu Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Ciletuh di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Rinjani dan Ciletuh diakui bersama dengan sebelas taman bumi lainnya yang tersebar di Amerika Utara, Afrika, Eropa dan Asia. Dengan demikian, di Asia Tenggara, dari total enam UNESCO Global Geopark, empat di antaranya ada di tanah air. Indonesia juga memiliki tujuh kawasan Geopark Nasional, serta terdapat lebih kurang 80 kawasan yang menjadi kandidat Geopark Nasional pada 2025.
Dikutip dari laman UNESCO, UNESCO Global Geopark adalah sebuah wilayah geografis di mana situs dan lanskap yang menjadi aset geologis internasional dikelola dengan konsep konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat secara terpadu. Dengan konsep ini, sebuah taman bumi yang mendapat pengakuan UNESCO akan dikembangkan dengan pendekatan konservasi dan pembangunan berkelanjutan dengan melibatkan komunitas lokal. Saat ini, ada 140 taman bumi yang masuk dalam jejaring UNESCO. Taman-taman tersebut berada di 38 negara, empat di antaranya berada di Indonesia. Keanggotaan UNESCO Global Geopark dibatasi hanya empat tahun dan akan dilakukan peninjauan setelahnya. Untuk mendukung perkembangan Geopark, Kemenko Bidang Kemaritiman bersama dengan Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian ESDM, Kementerian Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Konferensi Nasional I Geopark Indonesia pada Kamis pagi (12/7) di Gedung Saleh Afiff, Kementerian PPN/Bappenas.
Dengan masuknya Indonesia ke dalam daftar UNESCO Global Geopark tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan mengaku bangga. Menurutnya, ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh Indonesia dengan pengakuan tersebut. “Geopark bisa menjadi solusi alternatif pemanfaatan kekayaan alam dan budaya untuk kebangkitan ekonomi dan pemberdayaan sosial yang tetap mengedepankan faktor pelestarian dan perlindungan lingkungan,” ujarnya saat membuka Konferensi Nasional I Geopark Indonesia. Lebih jauh, Menko Luhut menyampaikan pasca pengakuan dua situs taman bumi Indonesia sebagai UNESCO Global Geopark tersebut, daya tarik kawasan sekaligus peluang investasi di beberapa sektor berpotensi untuk meningkat pesat. “Dari pengembangan geopark, sektor jasa wisata, industri UMKM, industri kreatif, perhotelan, pertanian, kuliner dan beberapa sektor terkait lainnya bisa tumbuh,” beber Menko Luhut.
“Pengembangan geopark memberikan kontribusi nyata, antara lain, untuk pengembangan wilayah, peningkatan ketahanan masyarakat dari bencana, mendidik masyarakat pada kehidupan yang baik dengan menghormati budaya yang beragam, pemberdayaan perempuan untuk memperoleh tambahan sumber pendapatan, memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat dengan adanya wisata geopark, serta terjalinnya kerjasama antar daerah dan negara dalam mendayagunakan keragaman geologi, keragaman hayati dan budaya, serta jasa lingkungan (amenities) secara berkelanjutan,” tegas Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. Sebagaimana identifikasi yang dilakukan oleh UNESCO (2017), pengembangan geopark juga berkontribusi bagi upaya Indonesia dalam mencapai gol dan target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs). Secara konkret, pengembangan geopark direfleksikan sedikitnya dalam delapan gol. Kedelapan tujuan tersebut, yakni: (i) Tujuan 1, Tanpa Kemiskinan; (ii) Tujuan 4, Pendidikan Berkualitas; (iii) Tujuan 5, Kesetaraan Gender; (iv) Tujuan 8, Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; (v) Tujuan 11, Kota yang Berkelanjutan; (vi) Tujuan 12, Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab; (vii) Tujuan 13, Penanganan Perubahan Iklim; serta (viii) Tujuan 17, Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
“Konferensi hari ini merupakan wahana untuk belajar dan diskusi, sekaligus menggali inovasi-inovasi untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi yang berkesinambungan, menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, dan menjaga kualitas lingkungan hidup yang menjadi ruh pembangunan berkelanjutan melalui pengembangan geopark,” tutur Menteri Bambang. Selain dihadiri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Konferensi Nasional I Geopark Indonesia juga dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf serta kalangan akademisi dan pegiat geopark, dengan total peserta konferensi mencapai lebih kurang 500 orang. Konferensi yang fokus membahas tentang pengembangan geopark untuk pengembangan ekonomi berkelanjutan serta pelestarian lingkungan ini sekaligus menjadi awal bagi konferensi lanjutan berskala internasional yang akan dilangsungkan pada September 2019 mendatang, di mana untuk pertama kalinya, Indonesia akan bertindak sebagai tuan rumah Asia Pacific Geopark Network (APGN) Conference di lokasi UNESCO Global Geopark Rinjani, Mataram, Lombok.