e-Commerce Pintu Masuk Percepatan Pengembangan Wirausaha di Indonesia
Berita Utama - Senin, 13 Agustus 2018
JAKARTA - Indonesia memiliki aspirasi menjadi negara maju, tetapi untuk mencapai hal tersebut ada satu syarat yang sampai saat ini masih belum Indonesia penuhi. “Ada satu syarat yang membuat Indonesia ketinggalan dari Korea Selatan. Pada 1950-an, Indonesia dan Korea sama-sama negara termiskin di Asia. Tetapi 1970-an, Korea sudah masuk jajaran negara berpendapatan menengah, dan 1990-an Indonesia baru masuk negara berpendapatan menengah. Setelah menjadi tuan rumah Asian Games 1986 dan Olimpiade 1988, Korea akhirnya masuk jajaran negara maju, namun sampai hari ini Indonesia masih sebagai negara berpendapatan menengah bawah. Jadi, Indonesia itu 20 tahun lebih lamban dibandingkan Korea karena sangat kurangnya entrepreneurship di Indonesia,” jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam sambutannya sekaligus membuka acara Festival Entrepreneurship Pancasila dengan tema “Menggagas dan Mengkaji Entrepreneurship yang Berjiwa Pancasila”, di Universitas Pancasila, Senin (13/8).
Menteri Bambang juga optimis bahwa entrepreneurship di Indonesia dapat semakin berkembang apabila didorong oleh e-commerce. “143 juta jiwa di Indonesia sudah menjadi pengguna internet, dan ini market yang besar. Tinggal kita dorong pengguna internet tersebut menjadi suatu yang produktif. Tercatat hingga tahun 2017, total pengguna e-commerce sudah mencapai 28 juta jiwa. Jumlah ini akan naik terus sampai tahun 2022 sebanyak 44 juta jiwa. Artinya kalau 44 juta jiwa, maka e-commerce dapat menjadi pintu masuk percepatan pengembangan wirausaha di Indonesia,” jelas Menteri Bambang.
Menteri Bambang juga berharap pengembangan model entrepreneurship pancasila tidak terlalu fokus pada tataran konseptualnya, tetapi langsung berbicara bagaimana caranya agar wirausaha baru dan wirausaha muda dapat langsung masuk ke bisnis e-commerce. “Untuk itu, kita coba integralkan dan mainstream-kan nilai pancasila ke dalam jiwa entrepreneurship. Dari sila kedua misalkan, kita harus peduli pada kelompok yang termajinalkan. Sila ketiga, kita tidak bicara diskriminasi. Sila keempat, kesempatan terbuka bagi siapa saja. Sementara sila kelima, kita berlaku adil bagi seluruh pemangku kepentingan,” jelas Menteri Bambang. Untuk pihak akademisi dan universitas, Menteri Bambang sangat berharap dapat dilakukan talent scouting, pengembangan kapasitas mahasiswa untuk merintis e-commerce atau startup, serta meningkatkan akses mereka terhadap pemasaran dan pembiayaan.