Bappenas Rampungkan Kajian Peta Jalan Pengembangan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2020-2045
Siaran Pers - Rabu, 25 November 2020
Untuk menajamkan arah kebijakan industri kedirgantaraan nasional, Kementerian PPN/Bappenas bekerja sama dengan Program GIZ Diaspora Experts merampungkan Kajian Peta Jalan Pengembangan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2020-2045, sebuah analisis yang menjabarkan langkah kebijakan strategis untuk mencapai visi pengembangan industri kedirgantaraan Indonesia di 2045, yaitu menciptakan “Ekosistem Industri Kedirgantaraan Nasional yang Kondusif dan Berdaya Saing”. Rekomendasi dalam studi ini disusun berdasarkan proses diskusi dengan berbagai pemangku kepentingan industri, akademisi, praktisi, maupun regulator. “Penyusunan studi ini memberikan kesempatan bagi pemangku kepentingan industri dirgantara di Indonesia untuk menyelaraskan arah kebijakan industri kedirgantaraan dengan situasi global terkini dan tren perkembangan teknologi ke depan. Studi ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh setiap pemangku kepentingan serta menjadi panduan dalam penyusunan kebijakan industri kedirgantaraan di Indonesia,” tutur Direktur Industri, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Kementerian PPN/Bappenas Teguh Sambodo dalam Diskusi Pengembangan Ekosistem Industri Kedirgantaraan Indonesia 2020-2045 yang digelar Kementerian PPN/Bappenas secara virtual, Rabu (25/11).
Kedirgantaraan merupakan industri unggulan Indonesia yang memiliki potensi penciptaan nilai tambah yang besar, menghasilkan produk dengan kandungan teknologi tinggi, dan memiliki tingkat keterkaitan yang erat dengan rantai nilai global atau Global Value Chain (GVC) industri dirgantara dunia. Selama ini, industri kedirgantaraan di Indonesia tumbuh melalui pengembangan pesawat yang dilakukan Industri Pesawat Terbang di Indonesia yang bekerja sama dengan pelaku industri global, industri komponen pesawat sebagai bagian rantai pasok, layanan jasa Maintenance, Repair & Overhaul (MRO) yang memastikan keamanan dan kelayakan pesawat yang digunakan, serta transportasi udara yang memfasilitasi konektivitas dan pergerakan orang dan barang di Indonesia dan dunia. “Upaya pengembangan industri kedirgantaraan Indonesia sejalan dengan agenda penguatan ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Pelaksanaannya akan mendukung arah kebijakan industrialisasi nasional menuju pengembangan industri dengan penciptaan nilai tambah ekonomi yang tinggi, inovasi teknologi yang intensif, serta partisipasi aktif di dalam GVC,” ujar Teguh.
Ke depan, ekosistem kedirgantaraan di Indonesia akan dikembangkan melalui empat pilar utama. Pertama, Industri Pesawat Terbang dengan visi menjadi produsen pesawat Turboprop kapasitas <100 kursi dengan teknologi terkini, bagian Tier 1 Aerostructure global, dan produsen Large Cargo Drone. Kedua, Komponen dan Rantai Pasok dengan visi meningkatkan 2 kali TKDN dan pangsa pasar hingga 2 persen dari GVC industri komponen pesawat terbang. Ketiga, MRO dan Jasa Purna Jual dengan visi mencapai pangsa pasar layanan pesawat yang beroperasi di Indonesia sebesar USD 2 miliar. Keempat, Jasa Penerbangan dan Kebandarudaraan dengan visi menghubungkan 263 kota di Indonesia dan 135 kota di mancanegara dengan standar dan layanan tinggi, serta meningkatkan jumlah lalu lintas pesawat, penumpang, dan kargo 3-4 kali lipat.
Pengembangan ekosistem industri dirgantara dilengkapi dengan lima misi yang menghubungkan kebijakan antar pilar. Pertama, perbaikan tata kelola kelembagaan dan kebijakan kedirgantaraan, dengan agenda utama sinkronisasi kebijakan kedirgantaraan antar pemangku kebijakan yang meliputi pengembangan strategic partnership dengan mitra global, kebijakan offset pengembangan pesawat terbang untuk keperluan militer dan komersial. Kedua, peningkatan kemampuan rekayasa dan rancang bangun melalui sinergi industri pesawat terbang dengan kluster industri komponen domestik dan meningkatkan kapasitas industri komponen menjadi pemasok untuk Tier 1/Original Equipment Manufacturer internasional. Ketiga, peningkatan kapasitas SDM melalui kerja sama program pendidikan tinggi dan vokasi internasional, yang akan dilakukan melalui upaya penempatan SDM dirgantara pada sektor yang spesifik untuk RD&D, produksi komponen, jasa perbaikan, layanan transportasi udara dan kebandaraan, termasuk navigasi. Kemitraan pengembangan SDM juga akan didorong melalui pelatihan, dan pengembangan kurikulum dual vokasi, termasuk skema pertukaran peserta didik antar negara pada tingkat pendidikan menengah dan tinggi.
Keempat, pengembangan komersialisasi, kemitraan, dan investasi secara strategis melalui upaya rekayasa dan rancang bangun pesawat terbang secara mandiri, rekayasa dan rancang bangun serta dukungan permodalan bersama mitra baik di dalam maupun luar negeri, dan penarikan mitra dari negara yang menguasai teknologi tinggi untuk berinvestasi dan memindahkan kompetensi teknologi tinggi ke Indonesia. Kelima, pengembangan infrastruktur industri kedirgantaraan melalui penguatan infrastruktur pendukung industri kedirgantaraan seperti peningkatan fasilitas fisik bandara dan kelengkapannya, pengembangan Aerocity Park sebagai lokus pengembangan industri kedirgantaraan terpadu, penyelarasan sertifikasi Indonesia dengan standar internasional dan inisiasi mutual recognition atas sertifikasi Indonesia, serta pengembangan fasilitas laboratorium pengujian untuk memfasilitasi dunia usaha melakukan inovasi pengembangan produk dirgantara.