Hari Air Dunia 2018: Solusi Berbasis Alam untuk Air

Melalui peringatan Hari Air Dunia Tahun 2018 (HAD 2018), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengajak publik untuk bekerja sama menjaga alam sebagai penyedia sumber air bagi kehidupan manusia.

Sejalan dengan tema global "Nature for Water" yang diadopsi menjadi tema nasional "Lestarikan Alam untuk Air", HAD 2018 juga menjadi momentum untuk mengeksplorasi beragam solusi berbasis alam dalam menyelesaikan persoalan terkait air. Hal ini mengingat berbagai tantangan yang dihadapi secara global umumnya merupakan dampak perilaku manusia yang kerap mengabaikan alam untuk kepentingannya sendiri. 

Saat ini sekitar 1,9 miliar orang hidup di daerah yang terancam krisis air. Sebanyak 1,8 miliar orang mengonsumsi air yang tidak layak minum karena terkontaminasi polutan. Secara global, 80 persen air limbah dibuang ke alam tanpa melalui proses pengolahan. Jumlah orang yang berisiko terdampak banjir akan meningkat dari 1,2 miliar saat ini ke 1,6 miliar pada 2050. Dalam 14 tahun terakhir, hutan di sekitar daerah aliran sungai berkurang sekitar 22 persen.

Kita perlu mengingat kembali bahwa keberlanjutan sumber daya air bergantung pada ekosistem alami. Alamlah yang menyaring polutan, menangkal banjir dan badai, dan mengelola ketersediaan air. Menjaga air dari sisi kualitas dan kuantitas menjadi kunci untuk keberlangsungan kehidupan. Karenanya, kembali ke solusi-solusi berbasis alam adalah cara yang paling berkelanjutan untuk mempertahankan sumber daya air. Mendorong tumbuhnya infrastruktur alami berarti berinvestasi untuk kehidupan.

 

Bergerak Bersama Menerapkan Solusi Berbasis Alam

Upaya pelestarian sumber daya air tidak dapat dikerjakan secara sektoral. Sebagaimana ekosistem alam yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, diperlukan pendekatan holistik dan kerjasama antara seluruh pihak dalam mengelola dan melestarikan sumber daya air.

Pada tahun 2015, delapan kementerian telah bersepakat merevitalisasi Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GN-KPA) yang pertama kali dicanangkan di Istana Negara pada tahun 2005. Kedelapan kementerian tersebut adalah Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Revitalisasi GN-KPA bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan siklus hidrologi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk mencapai keandalan sumber-sumber air baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas. Sasaran dari revitalisasi GN-KPA meliputi 108 DAS prioritas, 15 danau prioritas, 29 bendungan prioritas, serta 13 provinsi sentra padi, dan secara keseluruhan tersebar di 352 kabupaten/kota 34 provinsi.

Salah satu bentuk tindak lanjut konkret GN-KPA adalah kerja sama antara Kementerian PUPR, Kementerian ATR/BPN dan Kemendagri dalam upaya perlindungan dan optimalisasi fungsi situ, danau, embung, dan waduk (SDEW). Lewat kerjasama tersebut, SDEW dijadikan sebagai aset negara dengan membuat sertifikat kepemilikan pemerintah, guna mencegah semakin banyaknya SDEW yang berkurang luasannya atau bahkan hilang karena diokupasi. Sertifikasi menjadi langkah awal perlindungan agar dapat dilakukan penanganan selanjutnya.

GN-KPA yang bersifat lintas sektor menunjukkan betapa upaya penyelamatan air tidak dapat hanya dikerjakan oleh satu pihak, melainkan membutuhkan upaya bersama dari berbagai pemangku kepentingan. Tak hanya pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah daerah, swasta, akademik, lembaga swadaya masyarakat, serta komunitas. Menumbuhkan kesadaran masyarakat dan komunitas akan membuat upaya-upaya pemeliharaan SDA berkelanjutan.

Pengembalian fungsi alami SDEW juga dilakukan Kementerian PUPR dengan merestorasi 15 danau prioritas sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, salah satunya Danau Rawa Pening di Jawa Tengah. Dalam kurun 15 tahun terakhir, luas danau ini menyusut menjadi hanya 30% dari luas awal. Penyusutan luas ini terjadi akibat perubahan tata guna lahan, banyaknya tanaman gulma, dan pencemaran. Kondisi serupa juga dijumpai di danau-danau lainnya.

Pekerjaan restorasi yang dilakukan adalah pengerukan sedimentasi, pembersihan eceng gondok, pembuatan tanggul untuk eksistensi danau serta penetapan badan dan sempadan danau. Melalui restorasi, kapasitas tampung danau akan meningkat, sehingga manfaat yang dirasakan masyarakat sekitar juga bertambah. Mulai dari penyediaan air baku, suplai irigasi, perikanan, hingga pembangkit energi. Dengan kondisi danau yang lebih sehat, potensi lain seperti sebagai sarana pariwisata maupun olahraga air juga dapat dikembangkan.

 

Puncak Peringatan HAD 2018 Digelar di Danau Rawa Pening

Untuk menggelorakan kesadaran seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya menjaga sumber daya air, Kementerian PUPR menggelar puluhan kegiatan peringatan HAD 2018 di seluruh daerah di Indonesia. Puncak peringatan sendiri akan digelar tanggal 7 April 2018 di Danau Rawa Pening, Semarang. Peserta akan melakukan aksi bersih danau, penyulaman penanaman pohon, serta menabur benih ikan.

Rangkaian peringatan HAD 2018 di daerah dari bulan Maret hingga April mendatang digelar oleh seluruh Balai Besar Wilayah Sungai (BWS) dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Bentuk kegiatannya pun beragam, antara lain susur sungai, penanaman pohon, donor darah, bersih sungai, lomba daur ulang, hingga seminar.

Generasi muda tak ketinggalan untuk dilibatkan lewat bermacam-macam lomba seperti lomba menggambar, mewarnai, dan puisi. Para pelajar SMA/SMK/MA juga diajak berkontribusi aktif dengan menuangkan pemikirannya lewat lomba karya ilmiah tingkat nasional bertema "Wujud Pengelolaan Sumber Daya Air Berkelanjutan di Indonesia." Digelar pula lomba paduan suara, tari tradisional, serta pemilihan Duta Hari Air bagi pelajar SMA/SMK/Sederajat se-Jabodetabek.

Peringatan HAD 2018 semakin meriah dengan kampanye publik yang akan dipusatkan di kawasan Car Free Day Jakarta pada tanggal 25 Maret 2018. Kegiatan ini akan diawali dengan sepeda santai dari Kampus Kementerian PUPR menuju lokasi acara di samping Hotel Mandarin. Publik juga dapat ikut bersenam Zumba dan menikmati panggung rakyat.

Di penghujung rangkaian peringatan HAD 2018 akan dilangsungkan Dialog Nasional "Solusi Alam untuk Air" pada tanggal 25 April 2018 di Kampus Kementerian PUPR. Dialog akan menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya untuk membagikan kisah sukses serta tantangan yang dihadapi dalam menjaga kelangsungan sumber daya air. Dialog Nasional ini akan melibatkan para pemangku kepentingan lintas sektor, baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi profesi, akademisi, hingga komunitas. (*)