Laporan Perkembangan Ekonomi Makro Mingguan (3 April 2020)

Ringkasan :

Ringkasan:

Selama seminggu berjalan, jumlah kasus global Covid-19 meningkat dua kali lipat. Berdasarkan data WHO, hingga 3 April 2020, kasus tersebut telah mencapai 1.026.974 jiwa di seluruh dunia. Sementara itu, kasus Covid-19 di Indonesia sendiri meningkat menjadi 1.986 hingga 3 April 2020. Sebagai langkah menekan penyebaran virus Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSSB) dan penetapan darurat kesehatan masyarakat. Pelaksanaan PSSB pada dasarnya hampir sama dengan lockdown. Namun, dalam skema lockdown semua transportasi dan aktivitas perkantoran dihentikan. Sementara, dalam skema PSSB hanya dilakukan pembatasan yang wajar pada lalu lintas dan aktivitas sosial. Sehingga perekonomian akan tetap berjalan.

Selain penyesuaian dalam aktivitas sehari-hari, pemerintah juga melakukan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter. Pemerintah bersama bank sentral bekerjasama dalam memitigasi kondisi terburuk yang mungkin dihadapi selama pandemi ini. Penyesuaian tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan, yang segera diajukan ke DPR untuk disahkan. Pemerintah memberikan perluasan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk membeli SBN dan SBSN jangka panjang di pasar perdana. Hal ini sebagai langkah antisipatif jika pasar tidak dapat menyerap seluruh SBN yang diterbitkan. Selain itu, bank sentral Indonesia juga diberi perluasan kewenangan untuk memberi pinjaman/pembiayaan likuiditas jangka pendek kepada bank sistemik/nonsistemik. Sementara dari sisi fiskal, pemerintah melakukan realokasi anggaran untuk menangani pandemi ini untuk berbagai sektor. Anggaran untuk pemulihan ekonomi ditambah sebesar Rp150 triliun, perlindungan sosial sebesar Rp110 triliun, kesehatan Rp75 triliun, pajak dan KUR sebesar Rp70,1 triliun.

Kondisi pandemik Covid-19 masih mempengaruhi perekonomian dunia. Meskipun begitu, gejolak di pasar keuangan sudah mulai reda. Sebagian besar pasar saham masih menunjukkan pelemahan. Wall Street juga masih melemah. Rilis data pengangguran Amerika Serikat membuat Wall Street turun lebih jauh sebab terjadinya peningkatan pemutusan hubungan kerja selama pandemik ini. Sementara itu, Dolar Amerika Serikat menguat terhadap sebagian besar mata uang seperti Euro, Dolar Australia, dan Yen. Kondisi ini masih berdampak besar pada perekonomian Indonesia. Nilai tukar Rupiah selama sepekan terakhir masih cenderung melemah. Namun, pelemahan tersebut masih lebih kecil dibandingkan minggu sebelumnya dan terkontrol. Meskipun nilai tukar Rupiah melemah cukup tajam selama bulan Maret, namun inflasi domestik masih terkendali.

Unduh Selengkapnya

Laporan Perkembangan Ekonomi Makro Mingguan (3 April 2020)

Ringkasan :

Ringkasan:

Selama seminggu berjalan, jumlah kasus global Covid-19 meningkat dua kali lipat. Berdasarkan data WHO, hingga 3 April 2020, kasus tersebut telah mencapai 1.026.974 jiwa di seluruh dunia. Sementara itu, kasus Covid-19 di Indonesia sendiri meningkat menjadi 1.986 hingga 3 April 2020. Sebagai langkah menekan penyebaran virus Covid-19, pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSSB) dan penetapan darurat kesehatan masyarakat. Pelaksanaan PSSB pada dasarnya hampir sama dengan lockdown. Namun, dalam skema lockdown semua transportasi dan aktivitas perkantoran dihentikan. Sementara, dalam skema PSSB hanya dilakukan pembatasan yang wajar pada lalu lintas dan aktivitas sosial. Sehingga perekonomian akan tetap berjalan.

Selain penyesuaian dalam aktivitas sehari-hari, pemerintah juga melakukan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter. Pemerintah bersama bank sentral bekerjasama dalam memitigasi kondisi terburuk yang mungkin dihadapi selama pandemi ini. Penyesuaian tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan, yang segera diajukan ke DPR untuk disahkan. Pemerintah memberikan perluasan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk membeli SBN dan SBSN jangka panjang di pasar perdana. Hal ini sebagai langkah antisipatif jika pasar tidak dapat menyerap seluruh SBN yang diterbitkan. Selain itu, bank sentral Indonesia juga diberi perluasan kewenangan untuk memberi pinjaman/pembiayaan likuiditas jangka pendek kepada bank sistemik/nonsistemik. Sementara dari sisi fiskal, pemerintah melakukan realokasi anggaran untuk menangani pandemi ini untuk berbagai sektor. Anggaran untuk pemulihan ekonomi ditambah sebesar Rp150 triliun, perlindungan sosial sebesar Rp110 triliun, kesehatan Rp75 triliun, pajak dan KUR sebesar Rp70,1 triliun.

Kondisi pandemik Covid-19 masih mempengaruhi perekonomian dunia. Meskipun begitu, gejolak di pasar keuangan sudah mulai reda. Sebagian besar pasar saham masih menunjukkan pelemahan. Wall Street juga masih melemah. Rilis data pengangguran Amerika Serikat membuat Wall Street turun lebih jauh sebab terjadinya peningkatan pemutusan hubungan kerja selama pandemik ini. Sementara itu, Dolar Amerika Serikat menguat terhadap sebagian besar mata uang seperti Euro, Dolar Australia, dan Yen. Kondisi ini masih berdampak besar pada perekonomian Indonesia. Nilai tukar Rupiah selama sepekan terakhir masih cenderung melemah. Namun, pelemahan tersebut masih lebih kecil dibandingkan minggu sebelumnya dan terkontrol. Meskipun nilai tukar Rupiah melemah cukup tajam selama bulan Maret, namun inflasi domestik masih terkendali.

Unduh Selengkapnya

Laporan Perkembangan Ekonomi Makro Mingguan (27 Maret 2020)

Ringkasan :

Ringkasan:

Berdasarkan data WHO, hingga saat ini (27/3/2020) sudah ada 202 negara yang tercatat memiliki kasus positif Covid-19. Ketika kasus Covid-19 di Tiongkok mulai mereda, penyebaran di negara lain justru semakin cepat. Bahkan, hingga 27 Maret 2020, jumlah kasus positif di Amerika Serikat dan Italia sudah melampaui jumlah kasus di Tiongkok. Pertambahan jumlah kasus per hari di Amerika Serikat semakin meningkat dan belum menunjukkan adanya perlambatan. Jumlah kasus positif di Amerika Serikat mencapai 101.657 kasus positif. Sementara di Italia telah mencapai 86.498 kasus. Italia telah melakukan penutupan akses negara sejak 10 Maret hingga 3 April 2020 untuk memperlambat penyebaran virus. Penyebaran Covid-19 serta eskalasi kasus yang begitu cepat ke seluruh penjuru dunia, termasuk negara-negara maju, menyebabkan kepanikan global. Hal tersebut tercermin dari indikator pasar keuangan yang semakin melemah dari hari ke hari. 

Di tengah kepanikan global dan pelemahan di pasar keuangan, perkembangan inflasi pada bulan Maret relatif stabil. Dampak pelemahan Rupiah terhadap inflasi diprediksi kecil, didorong oleh beberapa faktor. Pertama, pasokan barang cukup untuk memenuhi permintaan pasar dan kenaikan harga pada volatile food minimal. Kedua, kenaikan suplai dapat mengimbangi kenaikan permintaan sehingga dampak kesenjangan output pada inflasi rendah. Ketiga, kredibilitas kebijakan pemerintah terjaga. Keempat, karena pelemahan ini adalah dampak dari kepanikan global, maka ketika ada kejelasan penyelesaian pandemi ini, Rupiah akan kembali stabil.

Unduh Selengkapnya

Laporan Perkembangan Ekonomi Makro Mingguan (27 Maret 2020)

Ringkasan :

Ringkasan:

Berdasarkan data WHO, hingga saat ini (27/3/2020) sudah ada 202 negara yang tercatat memiliki kasus positif Covid-19. Ketika kasus Covid-19 di Tiongkok mulai mereda, penyebaran di negara lain justru semakin cepat. Bahkan, hingga 27 Maret 2020, jumlah kasus positif di Amerika Serikat dan Italia sudah melampaui jumlah kasus di Tiongkok. Pertambahan jumlah kasus per hari di Amerika Serikat semakin meningkat dan belum menunjukkan adanya perlambatan. Jumlah kasus positif di Amerika Serikat mencapai 101.657 kasus positif. Sementara di Italia telah mencapai 86.498 kasus. Italia telah melakukan penutupan akses negara sejak 10 Maret hingga 3 April 2020 untuk memperlambat penyebaran virus. Penyebaran Covid-19 serta eskalasi kasus yang begitu cepat ke seluruh penjuru dunia, termasuk negara-negara maju, menyebabkan kepanikan global. Hal tersebut tercermin dari indikator pasar keuangan yang semakin melemah dari hari ke hari. 

Di tengah kepanikan global dan pelemahan di pasar keuangan, perkembangan inflasi pada bulan Maret relatif stabil. Dampak pelemahan Rupiah terhadap inflasi diprediksi kecil, didorong oleh beberapa faktor. Pertama, pasokan barang cukup untuk memenuhi permintaan pasar dan kenaikan harga pada volatile food minimal. Kedua, kenaikan suplai dapat mengimbangi kenaikan permintaan sehingga dampak kesenjangan output pada inflasi rendah. Ketiga, kredibilitas kebijakan pemerintah terjaga. Keempat, karena pelemahan ini adalah dampak dari kepanikan global, maka ketika ada kejelasan penyelesaian pandemi ini, Rupiah akan kembali stabil.

Unduh Selengkapnya

Perkembangan Ekonomi Minggu Ke-II Bulan April 2016

Ringkasan :

Update Global
IMF merilis World Economic Outlook edisi April 2016. Secara umum, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan sebesar 3,2 persen, lebih rendah dari proyeksi pada Januari 2016 (3,4 persen).

Update Domestik
Upah nominal harian buruh tani pada Maret 2016 naik 0,26 persen dibandingkan Februari 2016. Sebaliknya, secarariil turun sebesar 0,69 persen. Penurunan upah riil menunjukkan bahwa terjadi penurunan daya beli dari buruh tani yang terutama disebabkan oleh tingginya tingkat inflasi di daerah.

Unduh Selengkapnya

Perkembangan Ekonomi Minggu Ke-II Bulan April 2016

Ringkasan :

Update Global
IMF merilis World Economic Outlook edisi April 2016. Secara umum, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan sebesar 3,2 persen, lebih rendah dari proyeksi pada Januari 2016 (3,4 persen).

Update Domestik
Upah nominal harian buruh tani pada Maret 2016 naik 0,26 persen dibandingkan Februari 2016. Sebaliknya, secarariil turun sebesar 0,69 persen. Penurunan upah riil menunjukkan bahwa terjadi penurunan daya beli dari buruh tani yang terutama disebabkan oleh tingginya tingkat inflasi di daerah.

Unduh Selengkapnya

Perkembangan Ekonomi Minggu Ke-I Bulan April 2016

Ringkasan :

Update Global
Rasio utang pemerintah Korea Selatan tahun 2015 mencapai 37,9 persen terhadap PDB (590,5 triliun won). Walaupun rasio tersebut meningkat dibandingkan 2014, namun angka tersebut masih relatif lebih rendah dibandingkan rata-rata negara OECD (lebih dari 90 persen terhadap PDB).

Update Domestik
Cadangan devisa Bank Indonesia pada Maret 2016 sebesar 107.543 juta USD, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan tersebut berasal dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah dan lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.

Unduh Selengkapnya

Perkembangan Ekonomi Minggu Ke-I Bulan April 2016

Ringkasan :

Update Global
Rasio utang pemerintah Korea Selatan tahun 2015 mencapai 37,9 persen terhadap PDB (590,5 triliun won). Walaupun rasio tersebut meningkat dibandingkan 2014, namun angka tersebut masih relatif lebih rendah dibandingkan rata-rata negara OECD (lebih dari 90 persen terhadap PDB).

Update Domestik
Cadangan devisa Bank Indonesia pada Maret 2016 sebesar 107.543 juta USD, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Peningkatan tersebut berasal dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah dan lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.

Unduh Selengkapnya

Perkembangan Ekonomi Minggu Ke-V Bulan Maret 2016

Ringkasan :

Update Global
Bank Sentral Jepang (BoJ) diperkirakan akan mencapai batas kepemilikan obligasi pemerintah (JPY 80 triliun) pada pertengahan tahun 2017. Sebelumnya, BoJ menerapkan kebijakan quantitative easing, melalui pembelian obligasi pemerintah, guna mendorong perekonomian Jepang.

Update Domestik
Inflasi tahunan (YoY) pada Maret 2016 sebesar 4,45 persen, meningkat tipis dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi maupun sumbangan tertinggi dialami oleh komponen inflasi harga bergejolak (volatile food).

Unduh Selengkapnya

Perkembangan Ekonomi Minggu Ke-V Bulan Maret 2016

Ringkasan :

Update Global
Bank Sentral Jepang (BoJ) diperkirakan akan mencapai batas kepemilikan obligasi pemerintah (JPY 80 triliun) pada pertengahan tahun 2017. Sebelumnya, BoJ menerapkan kebijakan quantitative easing, melalui pembelian obligasi pemerintah, guna mendorong perekonomian Jepang.

Update Domestik
Inflasi tahunan (YoY) pada Maret 2016 sebesar 4,45 persen, meningkat tipis dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi maupun sumbangan tertinggi dialami oleh komponen inflasi harga bergejolak (volatile food).

Unduh Selengkapnya