Tidak Ada Negara Maju Yang Hanya Mengandalkan Sektor SDA
Berita Utama - Rabu, 14 Desember 2016
JAKARTA – Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro memberikan keynote speech pada acara Focus Group Discussion (FGD) Industri Pilihan dalam Kerangka Strategi Industrialisasi Indonesia 2045, yang diselenggarakan oleh Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) pada Selasa (13/12), di Hotel Sheraton, Bandung.
Menteri Bambang mengapresiasi apa yang dilakukan KEIN dalam menyusun kerangka strategi pengembangan industri Indonesia sampai tahun 2045 tersebut.
“KEIN sedang menyusun strategi industrialisasi 2045. Bappenas juga diminta Presiden untuk menyusun Visi Indonesia 2045. Terkait yang sedang dilakukan oleh KEIN yaitu mencari prioritas sektor, sudah in-line dengan apa yang menjadi tugas utama Bappenas. Kita fokus pada prioritas sektor pembangunan, salah satunya sektor industri, terutama industri pengolahan,” jelas beliau.
Menteri Bambang menjelaskan alasan mendasar mengapa Indonesia harus beralih ke sektor industri. Pada 2014 lalu, saat menjadi ketua delegasi Indonesia dalam forum The Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), Menteri Bambang menilai negara-negara maju tidak senang dengan kebijakan hilirisasi di sektor pertambangan Indonesia, yang salah satunya pelarangan ekspor tambang mentah.
“Tim Indonesia di-attack oleh anggota OECD. Kalau kita tarik ke pandangan makro ekonomi mereka, kelihatan sekali teori perdagangan dasar, yaitu comparative advantage. Indonesia kaya sumber daya alam (SDA), dan mereka berpikir, ya sudah jual saja SDA tersebut ke negara-negara yang comparative advantage di sektor industri pengolahan. Jadi, ada setting menjadikan Indonesia terus menerus sebagai negara yang bergantung pada ekspor SDA,” jelas beliau.
Seperti yang kita ketahui, sektor prioritas yang dipilih suatu negara untuk menjadi fokus pembangunan dapat mempengaruhi cepat atau tidaknya pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Menteri Bambang kemudian memberikan kalimat pamungkas agar negara maju tersebut sadar bahwa pandangan mereka tidak sepenuhnya benar.
“Tidak ada satupun negara maju di dunia yang bisa menjadi negara maju hanya dengan mengandalkan sektor SDA. Developed country pasti mengandalkan sektor industri dan sektor jasa. Saya tekankan, kita perlu mengembangkan sektor industri karena Indonesia ingin menjadi negara maju seperti negara kalian,” jelas beliau.
Untuk itu, Menteri Bambang mendorong peserta FGD, yang terdiri dari akademisi dan pihak industri, untuk mengembangkan industri-industri baru, sehingga dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dengan laju rata-rata sebesar 6,4 persen sampai tahun 2045.