Reaktivasi Pasar Guna Dorong Pemulihan Pariwisata
Berita Pembangunan - Senin, 22 Juni 2020
Untuk menghadapi kondisi Normal Baru, industri pariwisata memerlukan perubahan tatanan untuk mendorong pemulihan pasca pandemi Covid-19. Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan pemerintah berhasil menekan penurunan Angka Reproduksi Efektif (Rt). Direktur Industri, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Kementerian PPN/Bappenas Leonardo A.A. Teguh Sambodo mengatakan penurunan Rt ini bisa menjadi dasar reaktivasi pariwisata. “Berdasarkan Angka Reproduksi Efektif, bisa diperoleh kandidat daerah untuk memulai reaktivasi destinasi wisata. Contohnya, Bali yang bisa dibuka kembali setelah menurunnya kasus Covid-19,” ujar Teguh pada Webinar Pariwisata dan Adaptasi Tatanan Baru, Jumat (19/6).
Penurunan Rt merupakan tanggung jawab bersama. Dibutuhkan kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengelola destinasi wisata, serta masyarakat untuk mempercepat pemulihan industri pariwisata. Kementerian PPN/Bappenas memiliki beberapa strategi pemulihan, salah satunya melalui reaktivasi pasar untuk wisatawan nusantara dan mancanegara. Selain itu, Teguh mengatakan pentingnya reorientasi dari destinasi wisata yang berkualitas dan tidak hanya bergantung pada mass tourism.
Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024 untuk mengembangkan pariwisata yang berkualitas dengan fokus peningkatan devisa. Untuk meningkatkan kualitas daerah wisata juga diperlukan peningkatan keterampilan masyarakat agar bisa mendukung daerah destinasi wisata, dan pergeseran atraksi mass tourism ke wisata alam dan kegiatan luar ruangan untuk mengakomodasi wisatawan untuk menjaga jarak.
Pengembangan lima Destinasi Super Prioritas juga diharapkan mendorong pemulihan industri pariwisata. Kelima destinasi tersebut adalah Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo, Likupang, dan Mandalika. Meski demikian pengembangan beberapa wilayah juga menjadi prioritas untuk mendorong pertumbuhan pariwisata seperti Bali, Batam/Bintan, dan Benoa. “Penerbangan langsung juga perlu ditambah untuk mendorong wisatawan datang dan penerapan standar kesehatan di destinasi wisata,” imbuh Teguh.
Teguh juga menegaskan bahwa pemulihan industri pariwisata sangat penting karena multiplier effect yang besar. Selain menyumbangkan devisa yang besar, pariwisata dapat berkontribusi untuk peningkatan lapangan kerja dan dapat mendorong kerja sektor lain seperti perdagangan, bangunan, jasa persewaan, dan usaha jasa lainnya. “Industri pariwisata memiliki kontribusi backward dan forward linkage yang luas,” ujar Teguh.
Meski demikian, pemulihan industri pariwisata memerlukan waktu yang tidak sebentar, terlebih dengan rancangan pembangunan pariwisata yang berkualitas. Teguh mengatakan, target pariwisata kini tak sekadar menyasar banyaknya jumlah wisatawan, tetapi juga pendapatan dari lama tinggal dan pengeluaran wisatawan ketika berkunjung, terutama di daerah wisata premium.