Peran Etnografi Digital dalam Pembuatan Kebijakan di Tengah Pandemi
Berita Pembangunan - Kamis, 25 Juni 2020
Dalam Webinar Tantangan Metode Digital pada Riset Sosial Humaniora di Masa Normal Baru pada Kamis (25/6), Direktur Pendidikan dan Agama Kementerian PPN/Bappenas Amich Alhumami menyampaikan teknologi internet telah mendorong transformasi masyarakat, mengubah relasi antar warga, menjadi wahana ekspresi budaya, mempengaruhi pola perilaku sosial, membuka alternatif kegiatan ekonomi, juga mengubah penyelenggaraan pendidikan dan praktek beragama.
Dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar, platform digital menyediakan data-data yang dapat digunakan oleh antropolog untuk penelitian sosialnya. “Melalui pendekatan digital, tersedia peluang bagi antropolog untuk mengambil manfaat dengan menggunakan teknologi baru dengan mengoleksi data termasuk bagaimana cara kita membuat analisis dan meyakini bahwa seberapa valid data yang kita kumpulkan dalam bentuk digital itu dalam merepresentasikan suatu peristiwa aktual yang terjadi dan berlangsung dalam masyarakat. Ini merupakan tantangan pokok dalam digital antropologi dan digital etnografi. Penting sekali mempertimbangkan representasi dan interpretasi data-data etnografi yang diambil melalui pendekatan digital,” jelas Amich.
Amich menambahkan bahwa yang terpenting adalah riset antropologi digital harus tetap merujuk pada prinsip-prinsip metodologi ilmiah. Karena itu menyangkut scientific accountability, verifikasi harus tetap dilakukan secara ketat dengan memilah dan memilih data-data digital yang valid. “Etnografi bergantung pada bagaimana data-data faktual itu dinarasikan oleh antropolog dan diberi tafsiran. Sesungguhnya etnografi adalah naratif yang bergantung pada interpretasi antropolog yang melakukan riset-riset sosial dengan etnografi approach,” imbuhnya.
Antropolog dapat berperan sebagai penafsir kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Seperti pada masa pandemi ini, ada sekelompok masyarakat yang dikarenakan status sosial ekonominya mengharuskan mereka untuk keluar rumah dan berkumpul untuk mencari nafkah. Di sinilah peran antropolog menafsirkan peristiwa yang ditampilkan dalam data-data digital yang dapat dikoleksi dari berbagai sumber digital mana pun. Baik dalam etnografi konvensional maupun digital, narasi dan interpretasi dari antropolog akan tetap ada.
Interpretasi dari para antropolog inilah yang kemudian dapat menjadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah dalam merumuskan suatu strategi tertentu untuk mengatasi situasi yang dilematis termasuk dalam menangani pandemi Covid-19. “Inilah analisis ilmu-ilmu sosial dengan data-data digital yang sangat kaya bisa kita sumbangkan, bagian dari upaya kita untuk berkontribusi dalam hal rekomendasi kebijakan kepada pemerintah dan data-data digital itu sangat memungkinkan bagi kita selaku peneliti sosial untuk juga bisa memberikan sumbangan sesuatu seperti dalam situasi memasuki era new normal ini,” pungkas Amich.