Melalui SILANI, Bappenas Pastikan Agenda Pengembangan Care Giver Bagi Lansia

Mengacu standar internasional, Indonesia sudah memasuki ageing, yaitu 7 persen penduduk kita berusia 65 tahun. Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas Maliki mengatakan, Sistem Informasi Lansia (SILANI) menunjukkan profil lansia yang mayoritas perempuan harus segera dibenahi. “Sistem yang kita bangun harus menjawab kebutuhan di masa depan. Namun, apa yang sedang dibangun sekarang juga harus melindungi para lansia yang tidak berdaya. Kebanyakan adalah lansia perempuan,” jelas Maliki saat menutup Webinar Nasional Situasi Lanjut Usia Indonesia Mengungkap SILANI untuk Menjawab Kebutuhan Lanjut Usia, Kamis (1/10).

SILANI menyiapkan manajemen kasus terutama untuk lansia dengan kebutuhan khusus, di antaranya demensia, kesehatan mental, dan disabilitas. Melalui SILANI, hak lansia terus dioptimalkan dan dipenuhi. Lansia membutuhkan Perawatan Jangka Panjang (PJP) yang paling banyak terkait layanan kesehatan maupun care giver. “Diharapkan seorang manajer kasus dapat mengidentifikasi program yang ada berdasarkan informasi geospasial, status kesehatan fisik dan mental penduduk lansia, ketersediaan care giver formal dan informal, dan status ekonomi dari penduduk lansia itu sendiri, bahkan minat penduduk lansia yang selanjutnya akan disalurkan ke program yang sesuai di kementerian/lembaga,” jelasnya.

Pengembangan SILANI akan memanfaatkan program eksisting dari sektor yang sudah ada. Untuk itu, diperlukan penguatan koordinasi antar kementerian/lembaga dan masyarakat untuk dapat memberdayakan lansia aktif. Selain itu, dibutuhkan pemutakhiran data yang terintegrasi yang didukung peningkatan kapasitas SDM lansia dan penyediaan fasilitas kesehatan dan sosial yang holistik. Dengan memberikan perspektif kondisi lansia di Indonesia, SILANI dapat digunakan oleh lansia, care giver, petugas kesehatan, dan pendamping sebagai rujukan secara mendalam. “Rencana pengembangan lansia ini akan mengintegrasikan layanan antar lembaga dan penyedia layanan supaya masyarakat tidak bingung. Agenda pengembangan care giver ini juga menjadi agenda prioritas bagi kami, bagaimana baik care giver informal maupun formal bisa memiliki kapasitas yang mumpuni dalam memberikan perawatan bagi lansia,” jelasnya.

Persentase penduduk lansia di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara lain, tetapi dengan jumlah yang cukup besar. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai konsumen produk-produk luar negeri yang cukup besar untuk dapat memenuhi kebutuhan lansianya. “Jadi kami mengajak sektor swasta dan investor untuk terus mengidentifikasi kebutuhan lansia ke depan, terutama bisa kita bangun dari dalam sehingga kita bisa menghasilkan pertumbuhan yang cukup baik dan mengantarkan kita menjadi negara maju,” tandasnya.