Kuliah Umum Professor Ricardo Hausmann Bagian Persiapan Penyusunan RPJMN 2020-2024
Berita Utama - Rabu, 12 Desember 2018
JAKARTA – Kementerian PPN/Bappenas bekerja sama dengan pemerintah Australia menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “Growth Diagnostics, A New Approach to National Development Strategies: Identifying the Binding Constraint to Growth in Indonesia (Early Findings)” sebagai pembicara Professor Ricardo Hausmann, Kennedy School of Government, Harvard University, Amerika Serikat, di Ruang Rapat Djunaedi Hadisumarto 2-4, pada Selasa (12/12).
Prof. Hausmann pernah menjabat sebagai Menteri Perencanaan Venezuela dan menjadi angota dewan Bank Sentral Venezuela. Selama di Indonesia, Prof. Hausmann akan membagi ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada para pegawai instansi pemerintah dalam penyusunan kebijakan melalui workshop mengenai pendekatan growth diagnostics yang diikuti oleh 55 pegawai instansi pemerintah, terdiri dari Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, dan lembaga riset.
Dalam sambutan pembuka, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyampaikan bahwa kuliah umum ini merupakan bagian dari persiapan Kementerian PPN/Bappenas untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
“Indonesia masih membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, lebih dari enam persen, untuk menjadi negara maju dalam dua puluh tahun ke depan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga dibutuhkan untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi jutaan pekerja baru dan mengurangi jumlah orang miskin yang saat ini jumlahnya masih 27 juta orang,” tutur Menteri Bambang.
Namun, untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut, Indonesia dihadapkan pada pertumbuhan ekonomi yang saat ini juga terjadi pada pertumbuhan ekonomi potensial, sebuah konsep yang menggambarkan kapasitas produktif suatu negara. Berdasarkan perhitungan Kementerian PPN/Bappenas, pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia pada 2016, berada di kisaran 5,0-5,3 persen. Pemerintah perlu melakukan reformasi kebijakan yang tepat untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi potensial kembali ke kisaran enam persen.
Dalam upaya mencari format reformasi kebijakan yang tepat, Kementerian PPN/Bappenas telah melakukan studi awal dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu analisis regresi terhadap pertumbuhan ekonomi (growth regression) dan growth accounting. Dengan menggunakan pendekatan pertama, Kementerian PPN/Bappenas menemukan pentingnya proses transformasi struktural, reformasi fiskal, terutama peningkatan rasio pajak, pendalaman pasar keuangan yang digambarkan melalui porsi kredit perbankan terhadap produk domestik bruto yang meningkat, perekonomian yang lebih terbuka, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi potensial Indonesia. Kemudian, dengan pendekatan kedua, Kementerian PPN/Bappenas melakukan simulasi kondisi pertumbuhan ekonomi potensial ke depan. Pendekatan ketiga yang akan digunakan oleh Kementerian PPN/Bappenas adalah pendekatan yang menjadi tema kuliah umum, yakni growth diagnostics. Dengan menggunakan pendekatan growth diagnostics, Kementerian PPN/Bappenas dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi.
Menteri Bambang menyampaikan pentingnya pertumbuhan ekonomi yang tak hanya tinggi, tetapi juga berkualitas. Untuk mencapai kondisi tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan di antaranya peningkatan belanja publik ke arah yang lebih produktif dan dikeluarkannya berbagai paket kebijakan yang mendukung perbaikan iklim investasi untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
“Kebijakan pemerintah diarahkan juga untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif, di antaranya melalui land reform¸ pembiayaan untuk UMKM, dan pendidikan vokasi, yang dilakukan dengan pendekatan yang tidak lagi jawa-sentris, tetapi bersifat merata di seluruh belahan Indonesia,” tutur beliau.