Kemitraan P4G untuk Pengurangan Risiko Pascapandemi
Berita Pembangunan - Kamis, 16 Juli 2020
Direktur Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan Kementerian PPN/Bappenas Yahya Hidayat menyebutkan bahwa RPJMN 2020-2024 sebagai awal untuk memulai transformasi ekonomi. “Untuk menunjukkan kepedulian kami yang besar terhadap kelestarian lingkungan, untuk pertama kalinya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menjadi salah satu indikator ekonomi makro, bersama dengan pertumbuhan ekonomi lainnya seperti pengurangan kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia, rasio gini, dan Tingkat Pengangguran Terbuka,” jelasnya dalam Webinar #BuildBackBetter: Investasi pada Pertumbuhan Inklusif, Kamis (16/7).
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) sudah terintegrasi ke dalam agenda pembangunan nasional maupun sub-nasional. Laporan Kemajuan TPB/SDGs Asia dan Pasifik yang dirilis oleh UN-ESCAP pada 2019 menggarisbawahi kawasan Asia-Pasifik kemungkinan akan kehilangan semua tujuan pada 2030 sehingga perlu upaya yang lebih cepat. “Secara kasar, Indonesia membutuhkan USD 429,7 miliar untuk mendukung pencapaian TPB/SDGs. Kami menyadari pentingnya keterlibatan keuangan dari aktor lain untuk melengkapi kapasitas pemerintah yang terbatas. Oleh karena itu, aktor non-pemerintah memiliki peran penting dan harus dimobilisasi,” urainya.
Keikutsertaan Indonesia ke dalam Partnering for Green Growth and Global Goals (P4G) pada September 2019, diharapkan dapat mendukung pencapaian TPB/SDGs dan tujuan pembangunan nasional, mendukung kolaborasi dengan pemangku kepentingan non-pemerintah, serta menyediakan ruang untuk memulai pembiayaan kreatif. Yahya juga menegaskan pentingnya peran perempuan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Tercatat 14 juta UKM di Indonesia dikelola oleh perempuan yang berkontribusi sebesar 9,17 persen dari PDB dan 5 persen dari ekspor. Untuk mendukung peran serta perempuan dalam pembangunan ekonomi, salah satu mitra dalam kerja sama P4G adalah Impact Investment Exchange (IIX) membentuk Women’s Livelihood Bond (WLB).
Diharapkan WLB dapat membiayai pertumbuhan hijau dan berkontribusi dalam pemulihan pasca pandemi. “WLB membantu Indonesia untuk mencapai beberapa target TPB/SDGs, termasuk Tujuan 2: Mengakhiri Kelaparan, Tujuan 7: Energi Bersih dan Terjangkau, di samping sepuluh tujuan lainnya. Dengan fokus utama pada Tujuan 5: Kesetaraan Gender dan Tujuan 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Kami juga ingin menekankan bahwa penting agar pembiayaan dapat diakses oleh kelompok sasaran,” tegasnya.
Kolaborasi akan berperan penting dalam meningkatkan pembiayaan kreatif, membuka jalan sektor swasta untuk mendukung tujuan nasional dan global, meningkatkan kerja sama dengan skema lain yang ada, mendorong masyarakat dalam mengambil tindakan untuk mencapai pertumbuhan berkualitas, serta menerapkan kolaborasi nyata di antara pemangku kepentingan. “Pemerintah Indonesia akan segera meluncurkan skema baru penetapan harga energi untuk proyek-proyek terbarukan,” pungkasnya.