Investasi Kunci Indonesia Keluar Jebakan Kelas Menengah
Berita Utama - Rabu, 23 Agustus 2017
JAKARTA – Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjadi pembicara kunci di acara Sekolah Staf Pimpinan Bank Indonesia Angkatan XXXIII TA 2017 yang diselenggarakan di Kampus Utama BI Institute, pada Rabu (23/8). Dalam sambutannya, menteri Bambang menekankan pentingnya investasi sebagai kunci negara Indonesia keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap).
Sejak orde baru dimulai impian bangsa Indonesia menuju negara maju dan menjadi Macan Asia terus dikumandangkan. Namun, harapan Indonesia menjadi macan asia bersama Korea, Hongkong dan Taiwan kandas saat krisis ekonomi terjadi tahun 1998. Hantaman krisis berakhir hingga akhirnya pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat drastis pada dekade 2001-2007. Puncak pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh ekspor komoditas batubara dan kelapa sawit yang banyak dibutuhkan negara-negara berkembang terutama Cina.
“Siapa yang menduga saat ini Cina akan menjadi negara ekonomi terbesar ke dua di dunia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Cina memacu ekspor komoditas produk Indonesia dan pada akhirnya turut menyumbang pertumbuhan ekonomi. Indonesia bisa meniru apa yang telah dilakukan Cina tersebut,” tegas Menteri Bambang.
Bambang menuturkan bagaimana negara-negara di dunia saat ini memandang Cina sebagai negara ekonomi terkuat termasuk negara-negara yang dianggap maju seperti Eropa. Saat mendampingi presiden RI pada Konferensi One Belt Initiative di Beijing, hampir 20 kepala negara di dunia hadir. Kehadiran kepala negara tersebut mengindikasikan pentingnya Cina dalam perekonomian dunia. “Negara-negara Eropa yang biasanya menawarkan investasi justru berharap juga mendapatkan investasi Cina,” jelas Bambang.
Investasi di dalam negeri di Negara Panda ini sudah berlebih (over investment) sehingga Cina mengekspansi investasinya secara masif ke luar negeri termasuk ke Afrika dan Asia. Karenanya Indonesia harus bisa menangkap peluang investasi dari Cina sehingga mampu menggerakkan perekonomian kedepan.
Meskipun belum menjadi yang terbesar investasi yang dilakukan Cina di Indonesia perlahan meningkat. Pembangunan pabrik pengolahan nikel di Morowali Sulawesi Tengah yang berumber dari investasi Cina secara signifikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi provinsi ini. Berdasarkan data BPS tingkat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah mencapai enam persen tertinggi di regional Sulawesi dan lebih tinggi dari rerata nasional yang hanya 5.02 persen. Menurut Bambang jika pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap bisa dipertahankan di angka lima persen hingga 2020 maka pada tahun 2045 Indonesia mampu keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah menjadi negara berpenghasilan tinggi atau lazim dikenal sebagai negara maju.