Dukung Quality Tourism, Menteri Suharso Dorong Pembangunan Amphitheater di Liang Ndara dan Goa Batu Cermin
Siaran Pers - Selasa, 21 Juli 2020
LABUAN BAJO – Melalui Kunjungan Kerja bersama Gugus Tugas Kementerian PPN/Bappenas untuk Percepatan Penanganan Covid-19 ke Provinsi NTT dalam rangka Peninjauan Kesiapan Pemulihan Ekonomi dan Sosial Labuan Bajo sebagai Satu Dari 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa meninjau kesiapan Liang Ndara, desa wisata binaan Indonesian Ecotourism Network yang terletak di Kecamatan Mbelling, Nusa Tenggara Timur, Minggu (19/7). Liang Ndara termasuk dalam 50 Desa Wisata pilot project yang dikembangkan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia dan Kementerian Parekraf. Daya tarik utama Desa Liang Ndara adalah homepod unik, Caci (tari kesatriaan), tektek alu (tari bambu), sanda (tari pergaulan), dan pacek mawo (tari tanam padi), serta akan dibangun Gedung Pusat Wisata Budaya.
“Tari tektek alu dan tari caci itu adalah tarian massal, kita bisa bayangkan kalau tarian itu dibawakan oleh 200 orang saja, itu kan luar biasa. Bunyinya saja sudah berirama, ke depan, kami dukung semacam amphitheater di sini untuk pertunjukkan serupa. Bagus sekali kalau kemudian bisa diisi dengan atraksi karena destinasi pariwisata itu kan yang paling penting ada atraksinya. Untuk itu, patut didorong dan dikembangkan homestay semacam ini. Orang hadir di sini itu, jangan menjadi kapok, orang hadir di sini harus senang dan bisa bercerita kepada siapa saja,” jelas Menteri Suharso usai menyaksikan kedua tarian. Desa Wisata Liang Ndara menjadi contoh sektor pariwisata inklusif yang mampu mensejahterakan masyarakat dengan perpaduan sosial, alam, dan budaya.
Selain Desa Liang Ndara, destinasi wisata alam lainnya adalah Goa Batu Cermin, goa yang awalnya berada di bawah permukaan laut pada ribuan tahun lalu hingga terjadi penyurutan air laut dan kini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Labuan Bajo. Pengunjung akan melihat sinar matahari yang masuk melalui celah goa dan dipantulkan dinding goa sehingga refleksi tersebut mirip seperti sinar matahari yang memantul di cermin. Saat ini, Balai Prasarana Permukiman Wilayah Provinsi dan Kementerian sedang melakukan penataan akses Goa Batu Cermin sebagai rangkaian pengembangan pola wisata di wilayah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo agar lokasi tersebut berstandar internasional. Kemajuan pembangunan fisik penataan kawasan Goa Batu Cermin yang dikerjakan dengan anggaran APBN TA 2020 sebesar Rp 27,5 miliar ini sudah mencapai 11,78 persen pada Juni 2020 dan ditargetkan 100 persen pada akhir tahun ini.
Khusus untuk pengerjaan jalur trekking Goa Batu Cermin, dilaksanakan dengan skema Padat Karya Tunai (PKT) yang melibatkan masyarakat atau warga setempat untuk mendukung percepatan penanganan dampak sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19, khususnya mengurangi angka pengangguran dan menjaga daya beli masyarakat di Kota Labuan Bajo. Goa Batu Cermin juga mendapatkan bantuan DAK Fisik Pariwisata 2020 untuk pembangunan amenitas dan atraksi. Penataan Goa Batu Cermin mencakup sejumlah fasilitas seperti amphitheater dan rumah budaya untuk mendukung kegiatan seni dan budaya lokal. Fasilitas lain yang dikembangkan adalah trekking point menuju goa, kantor pengelola, loket, kafetaria, area parkir, auditorium, pusat informasi, dan toilet.
Tidak hanya di Goa Batu Cermin, amphitheater juga dapat dibangun di Desa Wisata Liang Ndara untuk mewujudkan quality tourism. Pemanfaatan Dana Cadangan DAK Fisik Pariwisata 2020 untuk Kabupaten Manggarai Barat akan digulirkan pada Agustus hingga Desember 2020 senilai Rp 4,66 miliar untuk mendukung pembangunan KSPN dan Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) Labuan Bajo, termasuk untuk Desa Liang Ndara. “Wisata ke depan kan sudah quality tourism, bukan lagi mass tourism. Amphitheater-nya tidak perlu yang harus banyak-banyak, tetapi harus nyaman. Karena kalau tidak ada atraksi, maka tidak menarik. Jadi kalau saya sarankan, tempat-tempat atraksi seperti ini harus khas sehingga jadi tujuan wisata yang pasti, keunggulan dia di sini. Jangan kemudian keunggulan di sini dibawa ke Labuan Bajo, kalau dibawa ke kota Labuan Bajo, orang tidak akan bergerak ke sini. Jadi kalau amphitheater-nya sudah bagus, jelas ada pertunjukkan rutinnya,” tutup Menteri Suharso.