Bappenas: Ekonomi 2017 Tak Lagi Andalkan Ekspor Komoditi
Berita Pembangunan - Rabu, 07 Desember 2016
JAKARTA – Indonesia tidak lagi hanya mengandalkan ekspor komoditi untuk memacu pertumbuhan ekonomi 2017. Hal ini dikemukakan oleh Staf Ahli Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Kementerian PPN/Bappenas Bambang Prijambodo saat menjadi pembicara kunci dalam acara Executive Regional Economic Policy Program yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, di Function Room, Gedung Thamrin, Bank Indonesia, pada Rabu (7/12).
“Arah reformasi struktural kita tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap ekspor komoditi,” tegas Bambang Prijambodo.
Selama kurun 2004-2012 Indonesia mengalami lonjakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan karena tingginya ekspor komoditi (commodity boom). Nilai ekspor non-migas meningkat rata-rata 21,1 persen per tahun. Neraca perdagangan terus mengalami surplus dengan puncaknya di tahun 2007 sebesar 39,6 miliar. Cadangan devisa meningkat dari USD 36,2 miliar pada akhir 2003 menjadi USD 112,8 miliar akhir tahun 2012.
Namun paska commodity boom yang ditandai dengan penurunan permintaan komoditi dari China memukul kinerja ekspor Indonesia. Krisis utang di Eropa yang belum usai serta kemenangan dramatis Donald Trump sebagai presiden Amerika menambah ketidakpastian perdagangan global yang menekan laju ekspor. Karenanya menurut Bambang maka pemerintah melakukan reformasi struktural dengan tujuan mengurangi ketergantungan ekonomi terhadap komoditi.
“Arah reformasi ekonomi kita dengan pembangunan infrastruktur, peningkatan nilai tambah ekonomi utamanya industri manufaktur dan pariwisata,” jelas Bambang di depan perwakilan BI dari berbagai daerah. Selain dua hal tersebut terdapat juga kebijakan penghapusan subsidi BBM, penyederhanaan perizinan dan deregulasi, peningkatan kualitas tenaga kerja, serta penajaman belanja negara.
Sinergi pusat dan daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam mengurangi kesenjangan wilayah dan peningkatan konektivitas. “Pemerintah saat ini sedang berpikir bagaimana tol laut tidak hanya membangun pelabuhan tapi juga sekaligus membangun kawasan industri disekitarnya sehingga keberlanjutan arus barang tetap terjadi,” pungkas Bambang menutup paparannya.