HLF MSP 2024: Atasi Tantangan Global dengan Penanaman Modal Asing Langsung
Berita Pembangunan - Selasa, 03 September 2024
BALI – Dalam sesi paralel tematik “Unlocking Growth: Overcoming Barriers and Optimizing Investment Returns through Smart Outbound-Inbound Strategies” HLF-MSP 2024 membahas pentingnya strategi investasi yang cerdas untuk mengatasi tantangan global sekaligus mengoptimalkan pengembalian investasi, terutama di tengah krisis global yang terus berlanjut. Semakin banyaknya negara-negara Selatan (Global South) yang berperan dalam aliran modal global dengan memanfaatkan strategi investasi, menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam penanaman modal asing langsung.
“Meskipun Foreign Direct Investment (FDI) global turun 2 persen menjadi USD1,3 triliun pada tahun lalu, kita melihat penurunan di banyak kawasan di seluruh dunia seperti di Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Namun, di Asia Tenggara secara keseluruhan, ada peningkatan sebesar 1,3 persen, mencapai USD226 miliar. Meskipun ada tantangan politik dan ekonomi, baik di Indonesia maupun di kawasan, saya percaya bahwa kita sedang bergerak untuk menjaga ASEAN sebagai destinasi investasi yang bebas dan terbuka, serta membawa ASEAN ke tingkat yang lebih tinggi,” jelas Direktur Promosi Asia Timur, Asia Tengah, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Kementerian Investasi/BKPM Cahyo Purnomo, Selasa (3/9).
World Investment Report juga mengungkapkan pada 2022, negara-negara maju menyediakan sekitar USD1 triliun dalam bentuk FDI, sementara negara-negara berkembang dan kurang berkembang secara kolektif hanya menerima sekitar USD400 juta. Tren ini mengindikasikan adanya ketimpangan distribusi investasi asing, di mana mayoritas aliran FDI masih terkonsentrasi ke negara-negara maju, dengan hanya sekitar 23 persen dari total alokasi FDI mengalir ke kawasan Asia-Pasifik. Selain itu, ada pula tren di mana investasi dari negara-negara berkembang justru mengalir ke negara-negara kuat di Selatan atau ke negara-negara maju di Utara, yang memperlebar kesenjangan investasi antara Selatan dan Utara. Sering kali, negara-negara berkembang dan kurang berkembang tertinggal dalam distribusi investasi global karena menghadapi tantangan, seperti kualitas demografi, infrastruktur yang terbatas, dan kurangnya dukungan untuk investasi asing.
Secara keseluruhan, sesi ini juga menekankan perlunya perubahan pola investasi untuk memastikan investasi lebih mudah diakses semua pihak, namun tetap mempertahankan hasil optimal dan tahan terhadap fluktuasi ekonomi global. Pada saat yang sama, negara-negara di kawasan Selatan juga didorong untuk menciptakan lingkungan domestik yang lebih kondusif bagi peningkatan investasi asing.