Road to IDF 2019: Sahli Oktorialdi Jelaskan 60 Persen Pekerjaan Dunia Akan Gunakan Otomasi

Road to IDF yang diselenggarakan di PO Hotel Semarang, pada Kamis (21/3) adalah sebagai rangkaian pelaksanaan Indonesia Development Forum (IDF) 2019.

Staf Ahli Menteri Bidang Pemerataan dan Kewilayahan Bappenas Oktorialdi menjelaskan dua isu kunci yang perlu diperhatikan. Pertama, penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 318 juta pada 2045, dengan penduduk usia produktif mencapai 200 juta pada 2030 dan merupakan paling banyak di wilayah Asia Tenggara. Kedua, pengaruh transformasi digital pada pasar kerja, dimana 60 persen pekerjaan di dunia akan menggunakan otomasi, dan 30 persen pekerjaan di dunia akan digantikan oleh mesin-mesin canggih. Namun, dengan adanya transformasi digital dampak posisitifnya adalah diperkirakan pada 2022 sekitar 26 juta pekerjaan baru tercipta dengan bangkitnya online commerce.

“IDF merupakan acara tahunan yang meminta masukan dari pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku usaha. Artinya kita memberikan akses, enabling environment bagus. Semua stakeholder kita minta masukan. Setiap orang memberikan suara, bukan hanya pembicara saja. IDF memiliki delapan subtema, yaitu bagaimana mempercepat transformasi struktural, reformasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi untuk pekerjaan masa depan, menciptakan peluang kerja inklusif, memperbaiki iklim investasi, mengembangkan UMKM, membina pelaku usaha sosial, mengembangkan talenta dan pasar lokal, serta meningkatkan kualitas modal manusia,” jelas Oktorialdi.

Kepala Bappeda Provinsi Jawa Tengah Prasetyo Aribowo menambahkan indeks pertumbuhan ekonomi inklusif Jawa Tengah berada di posisi kedua setelah DKI Jakarta dan DIY. Capaian tersebut terpancar dari pembangunan pemerataan pendapatan masyarakat di Jawa Tengah serta akses terhadap pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. "Kemiskinan agregat juga menunjukkan kinerja yang baik, yakni pengurangan 330 ribu masyarakat miskin. Perlu dikembangkan untuk bisa menciptakan akses dan kesempatan luas dalam mengurangi kesenjangan antar kelompok, baik dari sisi pendapatan maupun wilayahnya," ujar beliau.

Turut hadir narasumber membahas subtema, yaitu: (1) Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Eka Chandra Buana; (2) Guru Besar Universitas Semarang Prof. Dr. Ir. Kesi Widjajanti; (3) General Manager PT Sandang Asia Maju Abadi Dedi Mulyadi; (4) Ketua Komunitas Mata Air NgadipuroImam Abdul Rofiq; (5) Ketua Badan Koordinasi Sertifikasi Kompetensi (BKSP) Provinsi Jawa Tengah Hertoto Basuki; (6) Team Leader Ready-to-Work Accelerator Program (RWAP) Toto Purwanto; (7) Senior Advisor SED-TVET Project GIZ Rudy Djumali.