Pembangunan Geopark untuk Mencapai TPB/SDGs melalui Konservasi Alam dan Pelestarian Budaya

Dalam Webinar Inovasi Pariwisata Berkelanjutan dari Belitong Geopark yang diselenggarakan Selasa (9/6), Kepala Subdirektorat Geologi Mineral Pertambangan Kementerian PPN/Bappenas Togu Pardede mengatakan sesuai amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024, pembangunan geopark sebagai destinasi wisata sekaligus pelestari lingkungan dan kebudayaan menjadi solusi pembangunan berkelanjutan. “Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sendiri memprioritaskan pembangunan prioritas wisata pada RPJMN 2020–2024,” ujarnya.

Sebagai salah satu sumber pemasukan devisa dan penggerak ekonomi, fokus pariwisata di Indonesia mencakup 10 destinasi wisata prioritas yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, Likupang, Wakatobi, Raja Ampat, Bangka Belitung, Bromo, dan Morotai. “Pada 2020-2024, difokuskan pada lima prioritas, yang salah satunya Bangka Belitung,” ujar Togu. Pembangunan destinasi pariwisata ini difokuskan untuk meningkatkan pengeluaran atau Average Spending per Arrival (ASPA) dan lama tinggal atau Length of Stay (LOS) wisatawan yang berkunjung. Peningkatan ASPA dan LOS ini diharapkan mampu mendorong pendapatan devisa sektor pariwisata Indonesia.

Meski demikian, hingga saat ini, devisa Indonesia yang didapat dari pariwisata masih cukup rendah di Asia. Pada 2020, devisa pariwisata Indonesia tercatat sebesar USD 19,2 miliar, lebih rendah dibandingkan Thailand sebesar USD 58,1 miliar atau Vietnam, sebesar USD 28,5 miliar. Pembangunan geopark diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan karena potensi wisata Indonesia cukup besar, terlebih dengan keragaman geologi. Geopark sendiri tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga memberikan keragaman warisan geologi atau geoheritage.

Pengelolaan geopark sebagai medium untuk konservasi alam dan budaya serta edukasi sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs). Indonesia menargetkan 6 juta wisatawan dapat mengunjungi geopark. Angka ini terbilang kecil dibandingkan kunjungan wisatawan di geopark negara lain. “Sekarang mendapatkan nilai ekonomi tidak dengan eksploitasi. Semakin besar nilai ekonominya, semakin dijaga, beda dengan eksploitasi zaman dahulu. Sekarang konservasi menjadi kunci,” tuturnya.

Kementerian PPN/Bappenas membangun geopark dengan prinsip peningkatan kualitas dan diversifikasi produk wisata, pengembangan produk ekonomi kreatif, peningkatan kualitas SDM dan partisipasi masyarakat, serta pentingnya keamanan dan keselamatan. “Terlebih setelah adanya pandemi Covid-19 ini, ke depan wisatawan akan semakin menghendaki keamanan dan keselamatan berwisata,” imbuhnya. Pembangunan geopark sendiri juga memerlukan kerja sama berbagai pihak. Togu mengatakan pembangunan geopark membutuhkan koordinasi, sinergi dan sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah, serta pemangku kepentingan dan dewan pakar, seperti akademisi, profesi dan peneliti.