Menteri PPN/Kepala Bappenas Kunjungi Redaksi Media Harian Tempo
Berita Utama - Jumat, 08 Januari 2016
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Sofyan Djalil melakukan kegiatan Media Visit ke Redaksi Tempo di Jalan Palmerah Barat No. 8, Jakarta Barat pada hari Kamis (8/1)
Menteri Sofyan tiba di kantor Tempo pada pukul 19.90 WIB didampingi oleh Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas, Imron Bulkin; Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan, Wismana Adi Suryabrata; Kepala Biro Humas dan Tata Usaha Pimpinan, Thohir Afandi; dan disambut oleh Redaktur eksekutif Tempo, Budi Setyarso bersama jajarannya.
Dalam bincang-bincang santai dengan jajaran redaksi Tempo, Menteri Sofyan Djalil menyampaikan konsep pendekatan baru perencanaan pembangunan. Kementerian PPN/Bappenas akan meninggalkan pende-katan sektoral, dan akan melaksanakan apa yang disebut dengan pendekatan holistik- integratif.
“Sekarang ini, Jokowi ingin mengem-balikan Bappenas berperan kembali sebagai sistem integrator. Mengintegrasi pusat dan daerah, Kementerian dan Lembaga, vertikal dan horizontal,” ujar Menteri Sofyan.
Menteri Sofyan kemudian memaparkan tiga norma pembangunan sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pem-bangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
Pertama, membangun untuk manusia dan masyarakat; Kedua, upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar, dan perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produk-tivitas rakyat lapisan menengah bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan; Ketiga, aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem.
Untuk ke depan, Menteri Sofyan berpendapat bahwa salah satu hal yang perlu dilakukan pemerintah adalah memangkas peraturan-peraturan yang dapat menghambat pembangunan.
“Saat ini kita punya 42.000 peraturan. Jokowi telah memerintahkan dalam satu tahun, 50% aturan harus dipotong. Karena aturan itu sangat costly, memberikan beban ekonomi, dan membuat semuanya menjadi lama,” pungkas beliau.*