Di Tengah Ketidakpastian Global, Menteri Suharso Optimis Ekonomi Dapat Tumbuh Stabil Lima Persen

JAKARTA – Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan diperlukan upaya ekstra untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020. Pasalnya, kondisi perekonomian dunia saat ini masih mengalami ketidakpastian, meskipun tensinya sudah mulai menurun. Hal ini antara lain disebabkan adanya penandatanganan kesepakatan perang dagang tahap satu pada 15 Desember dan optimisme Brexit pascapemilu UK pada 12 Desember yang lalu. Kedua peristiwa ini pada akhirnya memicu penurunan ketidakpastian perdagangan serta mendorong peningkatan performa pasar saham baik di negara maju maupun berkembang. Meski demikian, aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia masih berjalan dengan lambat. “Purchasing Management Index (PMI) global menunjukkan adanya kontraksi aktivitas ekonomi di sektor manufaktur dan jasa dunia. Sementara CPB World Trade Index juga mencatat kontraksi aktivitas perdagangan ekonomi dunia,” ujar Menteri Suharso saat memberikan sambutan kunci pada acara Tempo Economic Briefing 2020 dengan tema “Mencari Peluang Pertumbuhan Ekonomi Baru di Tahun 2020”, di Jakarta, pada Kamis (19/12).

Namun di tengah ketidakpastian tersebut, ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh stabil di angka lima persen pada kuartal ketiga 2019. Hal ini didukung pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang stabil dan kontribusi positif dari nilai net ekspor. Menurut Menteri Suharso, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2019 relatif tinggi dibanding dengan negara-negara Asia lain. Namun apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, Indonesia mengalami salah satu penurunan terendah dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Sebagai perbandingan, pada periode antara 1968-1979, Indonesia pernah mengalami peningkatan ekonomi sebesar 7,5 persen dan pada periode 1980-1996 menurun menjadi 6,4 persen. Kemudian pada periode 2000-2018 turun lagi menjadi 5,3 persen. Apa yang ingin saya sampaikan adalah bahwa tidak ada satu resep yang manjur untuk bisa diaplikasikan ke semua negara,” jelas Menteri Suharso.

Dunia saat ini juga sedang mengalami perlambatan harga komoditas. Hal ini disebabkan adanya perlambatan aktivitas ekonomi dunia. Sebagian besar harga komoditas dunia mengalami penurunan yang tajam sepanjang 2018-2019, meski harga minyak sawit mentah (CPO) masih mencatatkan kenaikan harga yang cukup tinggi.  Kondisi perekonomian global yang belum stabil ini berimbas pada perekonomian di banyak negara, bahkan negara maju sekalipun. “Sebagai perbandingan, Jerman dan Inggris berhasil menghindar dari resesi teknis pada kuartal ketiga 2019. Sementara Turki dan Argentina mengalami resesi ekonomi yang dalam sejak pertengahan dan akhir tahun 2018. Sementara India mengalami perlambatan sebanyak 4,5 persen pada kuartal ketiga 2019. Hal ini tercatat sebagai yang terendah dalam enam tahun terakhir. Sedangkan Singapura hanya dapat tumbuh 0,5 persen pada kuartal ketiga 2019,”  tukas Menteri Suharso.