Simulasi Bappenas: Trump Effect dan Slower Growth in China

JAKARTA – Menteri PPN/Bappenas Bambang P.S. Brodjonegoro memberikan keynote speech yang berjudul “Indonesian Economic Outlook” pada acara Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) Economic Insight Q4 2016: South East Asia Report Launch Event, di Hotel Borobudur, Jakarta, pada hari Kamis (08/12).

Menteri Bambang mengatakan dalam memprediksi prospek ekonomi Indonesia (Indonesian economic outlook), harus memperhatikan konteks  ekonomi global. “Di Bappenas kami mencoba membuat suatu simulasi terkait dua isu yang dapat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi global maupun ekonomi Indonesia. Simulasi ini dinamakan Trump Effect dan Slower Growth in China,” jelas Menteri Bambang.

Pada simulasi Trump Effect, dengan asumsi Presiden Amerika Serikat ke-45 terpilih Donald Trump mengimplementasikan semua kebijakan yang disampaikannya pada saat kampanye, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 lebih rendah 0,41 persen, dengan investasi lebih rendah 0,89 persen, konsumsi swasta lebih rendah 0,31 persen, ekspor lebih rendah 0,38 persen, dan impor lebih rendah 0,61 persen.

Sementara pada simulasi Slower Growth in China, dengan asumsi pemerintah China mengimplementasikan kebijakan ekonomi yang ketat, terutama kebijakan moneternya, untuk mengurangi resiko sektor finansial, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2017 lebih rendah 0,72 persen, dengan investasi lebih rendah 1,02 persen, konsumsi swasta lebih rendah 0,68 persen, ekspor lebih rendah 0,71 persen, dan impor lebih rendah 0,76 persen.  

Kedua situasi ini tentu akan berdampak negatif terhadap ekonomi global karena dapat mempengaruhi arus investasi ke negara-negara berkembang. “Pergerakkan dari investasi adalah kunci dari pertumbuhan ekonomi global. Untuk itu, isu investasi menjadi sangat kritis  untuk Indonesia. Pekerjaan rumah kita adalah meningkatkan iklim investasi dalam rangka menarik Foreign Direct Investment  (FDI),” jelas beliau.

Terkait simulasi Trump Effect, Menteri Bambang yakin bahwa pada kenyataannya, Presiden Amerika Serikat tersebut akan mempertimbangkan kebijakan terkait. “Kita berharap Amerika Serikat tidak akan mengeluarkan kebijakan yang ekstrim. Dan untuk China, kita harapkan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen, karena kalau di bawah 6 persen maka dikategorikan sebagai hard landing dan tidak akan baik terhadap ekonomi global,” pungkas beliau.