Sepuluh Embrio Technopark Di Indonesia Siap Dikembangkan
Berita Pembangunan - Kamis, 28 Januari 2016
JAKARTA – Tim Pokja Technopark dari TAK Bappenas melansir Laporan Penelitian Kebijakan bertema “Studi Pengembangan Technopark di Indonesia: Survey Terhadap 10 Embrio Technopark di Indonesia” dalam acara Diseminasi Kajian TAK, Selasa (26/1).
Di Indonesia sudah ada 10 embrio technopark yang didefinisikan sebagai sebuah kawasan yang dikelola oleh specialist profesional melalui penciptaan dan peningkatan ekosistem yang mendukung inovasi untuk peningkatan daya saing industri dan institusi yang berada di naungannya.
Tujuan dibangunnya technopark adalah untuk merangsang dan mengelola arus pengetahuan dan teknologi di universitas, lembaga litbang dan industri. Kemudian, memfasilitasi penciptaan dan pertumbuhan perusahaan berbasis Inovasi melalui inkubasi bisnis dan proses spin-off. Selain itu, menyediakan layanan peningkatan nilai tambah melalui penyediaan ruang dan fasilitas berkualitas tinggi pendukung. Pembangunan technopark di Indonesia ini berkaca dari keberhasilan Tsing Hua University Science Park (TusPark) China dan Daedeok Innopolis Korea.
Muhyiddin, perencana senior TAK, menyatakan untuk membangun technopark di Indonesia dimulai dengan merevitalisasi 10 kawasan embiro technopark yang telah ada, seperti Puspiptek Serpong, Pusinov LIPI, Bandung Technopark, Solo Technopark, IKITAS Semarang, Balai Diklat Industri Tohpati (BDI) Denpasar, START Surabaya, Pondok Pusaka Technopark Kaur Bengkulu, Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna Pasuruan, dan Bandung Innovation Park ITB.
Jika dalam lima tahun pengembangan 10 embrio ini dilakukan maksimal, maka pemerintah dapat mewujudkan technopark yang sebe-narnya. Sebab, rata-rata pembangunan technopark memakan waktu lebih dari 10 tahun. Selain itu, langkah lainnya dengan pembangunan taman sains dan tekno di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sesuai kebutuhan sebagai cikal bakal technopark selanjutnya.
Pengembangan technopark hingga unit terkecil di daerah diproyeksikan menghabiskan dana 3-10 miliar. Dari jumlah tersebut diharapkan technopark dapat bekerjasama dengan kalangan industri untuk menciptakan inovasi baru dengan hasil akhir sebuah produk. Sisi positifnya, perusahaan besar dapat menjadi mentor bagi pengusahan industri kecil dalam technopark skala kecil di daerah.
Output yang diharapkan adalah meningkatnya hasil produksi industri berbasis inovasi, wirausahawan baru hasil spin-off, paten, alumni siap kerja, jasa konsultasi teknologi pemasaran keuangan dan capital seed. Selain itu jumlah dan nilai investasi di industri berbasis Iptek meningkat, sehingga nilai tambah produksi dalam negeri ikut naik. Otomatis kesejahteraan masyarakat tercapai.
Kita tak boleh lupa untuk mensukseskan pembangunan technopark diperlukan komponen yang harus dipenuhi, a.l. pengelola profesional, penyedia jasa training dan workshop, inkubator bisnis, industri sebagai tenant dan sumber inovasi baru. Semua itu hanya dapat tercapai dengan peran serta masyarakat luas dan akademisi dalam pembangunan.