SDGs Annual Conference 2019 Bahas Kontribusi Santri Dan Pesantren Untuk Capai Pembangunan Inklusif Dan Tujuan 14 SDGs

JAKARTA – “Di sisi pembangunan ekonomi, pesantren berperan untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan santrinya dengan melibatkan masyarakat sekitar untuk menghasilkan produk bernilai tambah tinggi. Pesantren juga berperan mengembangkan ekonomi syariah yang dikaitkan dengan kemandirian ekonomi umat. Terdapat tiga potensi yang dimiliki pesantren dalam memandirikan ekonomi umat. Pertama, potensi jumlah santri yang besar. Kedua, potensi masyarakat sekitar pesantren. Ketiga, potensi zakat dan wakaf umat. Bila potensi ini dioptimalkan, maka dapat mewujudkan kemandirian usaha di pondok pesantren, sekaligus mendukung peningkatan kesejahteraan para santri dan masyarakat sekitar. Secara lebih luas, pesantren dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pembangunan bangsa untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Melalui kesertaan aktif pesantren, saya berharap target-target SDGs dapat dicapai,” jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam forum Peran Pesantren dalam Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) Goal 14: Ekosistem Lautan sebagai rangkaian dari SDGs Annual Conference 2019 “Laut Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kesejahteraan dan Mengurangi Kesenjangan”, pada Selasa (8/10), di Hotel Fairmont Jakarta.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar dunia, Indonesia memiliki pesantren yang mampu menjadi pengungkit (leverage) percepatan pencapaian SDGs. Sebagai salah satu pelaku pembangunan, pesantren diharapkan berkontribusi mencapai target pembangunan lima tahun ke depan seperti yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Peran penting pesantren, utamanya adalah mendukung pembangunan SDM Indonesia melalui pendidikan dan pembangunan ekonomi umat, mengajarkan para santri untuk berakhlak dan berbudi pekerti baik, membangun karakter bangsa, dan menjadikan generasi penerus yang berbudi luhur dan berakhlak mulia. Para santri, sebagai generasi muda Indonesia, juga merupakan aktor sekaligus penerima manfaat dari tercapainya target-target SDGs di Indonesia.

“Lebih dari 25 ribu pesantren ada di Indonesia, dan tidak sedikit yang berada di pesisir yang kehidupan masyarakatnya bergantung pada sumber daya laut. Pesantren memiliki kedekatan sosial, ekonomi, budaya dan keagamaan dengan masyarakat pesisir, sehingga sangat strategis sebagai agen perubahan sosial masyarakat pesisir dengan segala kekhasannya, baik lewat peningkatan kualitas SDM, berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta mendorong tata kelola yang baik pada sumber daya kelautan. Hal ini sejalan dengan prinsip No One Left Behind yang memberdayakan semua, menitikberatkan pada pemerataan, keadilan sosial, dan kepedulian guna memperkecil ketimpangan ekonomi saat ini,” jelas beliau. Menteri Bambang menambahkan, melalui pesantren, upaya pencapaian SDGs Tujuan 14 meliputi tiga aspek, yaitu perikanan produktif, ekosistem sehat, serta masyarakat sejahtera, juga dapat dicapai.

Pesantren merupakan lembaga keagamaan yang mempunyai legitimasi dan ikatan kuat untuk menyadarkan bagaimana seharusnya kita bersikap bijak terhadap alam dan selalu mengingat alam sebagai warisan bagi anak cucu kita. “Contohnya, praktik adat Sasi di perairan Ambon dan Papua. Sasi adalah sebuah sikap adat di Maluku dan sebagian Papua untuk tidak melakukan penangkapan pada waktu tertentu dengan kesepakatan manusia yang berada di kawasan tersebut. Praktik untuk tidak menangkap ikan selama periode tertentu seperti Sasi tersebut adalah wujud konservasi merupakan bagian dari upaya melindungi sumber daya perikanan. Praktik yang sama juga banyak kita lihat di daerah lain seperti Panglima Laot di Aceh, Awig-Awig di Lombok dan Sumbawa, serta hak ulayat laut di Papua. Nilai-nilai ini menjadi perekat manusia dengan alam, untuk tetap menjaga keberadaan sumber daya perikanan dan kelautan,” pungkas Menteri Bambang.