Perkuat Rancangan Awal RPJPN 2025-2045, Bappenas Undang Pengusaha dan Akademisi

Kementerian PPN/Bappenas terus memperkuat Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dengan pendekatan partisipatif, melengkapi pendekatan politik, pendekatan teknokratik, dan pendekatan top down dan bottom up. Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas Taufik Hanafi menerangkan pentingnya masukan pelaku usaha agar Rancangan Awal RPJPN 20252-2045 sesuai dengan dunia usaha. "Kita paham betul, dalam melakukan pembangunan, peran dunia usaha dan swasta sangat besar sekali. Dalam komponen GDP kita, nampak jelas, kontribusi dunia usaha dan masyarakat luas jauh lebih besar daripada peran pemerintah,” urai Sesmen Taufik dalam Focus Group Discussion Rancangan Awal RPJPN 2025-2045 di Jakarta, Selasa (30/5).

Pelaku usaha atau swasta diharapkan mampu mengakselerasi produktivitas sektor-sektor ekonomi untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045, termasuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja dari sektor manufaktur yang berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Sektor manufaktur menjadi pengungkit menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” jelas Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti.

Proses penyusunan perencanaan pembangunan harus mempertimbangkan peluang global dengan modal dasar yang sudah dimiliki Indonesia, yakni jumlah penduduk yang besar dan kekayaan alam yang tidak dimiliki negara lain. Terlebih, Indonesia akan mengalami bonus demografi hingga 2039 yang harus dimanfaatkan sebagai peluang untuk meningkatkan produktivitas dari sisi tenaga kerja hingga inovasi pembangunan, mengingat jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 239 juta orang pada 2045.

Di sektor pendidikan, para akademisi berperan mencetak para ahli di bidang STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics) sekaligus membentuk ekosistem riset dan inovasi yang diharapkan mampu berkontribusi dalam menciptakan nilai  tambah dan daya saing nasional. “Perguruan tinggi untuk bisa menghasilkan talent-talent yang berkualitas di bidang STEAM, karena ini sangat terkait dengan upaya kita untuk melakukan transformasi ekonomi yang nantinya akan dititik beratkan pada industrialisasi,” pungkas Deputi Amalia.