Pendidikan Karakter Kunci Kemajuan Bangsa
Berita Utama - Kamis, 11 Februari 2016
JAKARTA – Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil memberikan sambutan dalam Seminar Parenting Indonesia Heritage Foundation yang diadakan hari Kamis (12/2) di Bappenas. Acara yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan ini bekerjasama dengan Indonesia Heritage Foundation (IHF) dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK) ini terbagi ke dalam tiga sesi seminar.
“Apa yang dilakukan oleh IHF, OASE dan kawan-kawan adalah langkah serius. Sekarang ini ada sekolah karakter, pendidikan karakter, kemudian masuk ke dalam edukasi lewat seminar parenting. Kalau ikut seminar parenting, saya bayangkan ingin anak saya yang 30 tahun itu kembali jadi bayi, supaya praktik parenting yang keliru di masa lalu tidak terjadi,” tutur Menteri Sofyan yang menarik senyum khalayak.
Seminar pertama bertajuk “Mencetak Generasi Unggul Abad 21” disampaikan langsung oleh Ratna Megawangi, Dosen Institut Pertanian Bogor sekaligus pendiri Indonesia Heritage Foundation, yang juga dikenal khalayak sebagai istri Bapak Menteri Sofyan Djalil. Dalam paparannya, Ratna menitikberatkan pada perlunya pendidikan karakter yang kuat untuk mendukung pembangunan bangsa, terutama memajukan SDM Indonesia.
“Seminar parenting berbasis pendidikan karakter ini merupakan program unggulan dari OASE Kabinet Kerja, yang membantu program pemerintah terkait revolusi mental. Kita sebut program parenting berbasis karakter untuk membuat seluruh keluarga menjadi sumber cinta yang mencetak generasi penerus berkarakter. Program kedua, anak-anak usia dini diberikan pendidikan dan lingkungan belajar yang kondusif agar karakter bertumbuh dengan baik,” jelas Ratna yang juga didapuk sebagai Ketua Bidang Pendidikan Karakter dalam OASE-KK oleh Ibu Iriana Jokowi dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla.
Ratna menyinggung kekeliruan yang dilakukan dalam dunia parenting selama ini turut menyumbang rendahnya kualitas SDM bangsa. Padahal ’masa emas’ anak sangat bergantung pada peran pendidikan dan pengasuhan orangtua. Untuk itu perlu dilakukan edukasi dan penyadaran memperbaiki pola pengasuhan dalam keluarga. Program tersebut sudah berjalan sejak tahun lalu dan hampir seribu istri para Eselon I di beragam K/L telah mengikutinya.
Beliau juga mengusulkan, pendidikan holistik penting untuk mempersiapkan karakter generasi yang lebih baik sehingga dapat mendukung pembangunan. Agar bonus demografi tercapai, perlu didukung dengan kualitas SDM yang mumpuni pula. Ratna menyoroti beberapa penyebab kualitas SDM Indonesia yang rendah, yaitu karakter tidak jujur, tidak kreatif, dan berpikiran rendah. Berdasarkan data TIMMS Tahun 2007, 78 persen siswa Indonesia memiliki kemampuan berpikir rendah di bawah minimal (LOTS). Sementara siswa di Taiwan, Korea, Jepang, Hongkong dan Singapura di bawah 15 persen.
Hambatan sulitnya membangun karakter bangsa lebih karena emosi negatif pencetus neurosis telah berakar dalam masyarakat. Jalan keluarnya adalah revolusi mental, bisa dimulai dari dalam keluarga.
“Tak ada kata terlambat. Emosi negatif hanya bisa dilawan dengan cinta. Kalau misalnya kita mendidik anak dengan penuh cinta, Insya Allah masyarakat akan jadi lebih baik. Sehingga kalau tidak jadi orangtua yang baik, setidaknya masih bisa jadi kakek dan nenek yang baik. Itulah perlunya seminar parenting,” tutup Menteri Sofyan.*