Menteri PPN/Kepala Bappenas Hadiri Pertemuan Nasional Sawit Indonesia 2016

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Sofyan A. Djalil menghadiri Pertemuan Nasional Sawit Indonesia 2016, dengan tema “Menyatukan Langkah, Membangun Sawit Indonesia Berkelanjutan,” di Gedung Dhanapala, Rabu (27/1). Hadir dalam pertemuan tersebut Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution; Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro; dan Menteri Perindustrian, Saleh Husin.

Menurut Menteri Sofyan, ide untuk menyatukan industri sawit sudah lama ada. “Pada tahun 2006, ide untuk menyatukan industri sawit secara menyeluruh muncul, dan kemudian kita perjuangkan, dan baru dapat tercapai pada tahun 2015. Formatnya sudah benar, meskipun banyak tantangan,” jelas Menteri Sofyan.

Setidaknya terdapat beberapa tantangan bagi industri sawit. Pertama, terkait penyerapan. “Penyerapan biodisel (B20) masih rendah. Ini masalah waktu. Mungkin Pertamina dapat membantu Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit dalam hal penyerapan, namun Pertamina juga harus dibantu dalam hal fasilitas dan infrastruktur. Dalam hal ini, komitmen Pemerintah tidak perlu diragukan, karena Pemerintah menargetkan energi terbarukan tercapai 23 persen pada tahun 2025,” ujar beliau.

Kedua, selisih harga. “Apabila harga sawit tinggi, namun harga minyak dunia rendah, maka yang menjadi masalah adalah kompensasi BPDP Sawit yang semakin besar,” jelas Menteri Sofyan.

Ketiga, kebakaran hutan. “Kebakaran hutan mempengaruhi industri sawit. Saya rasakan, selama 18 tahun, kita melakukan pola-pola yang sama, untuk hasil berbeda. Untuk itu, Pemerintah tidak akan menerapkan hal tersebut, dan akan lebih meningkatkan penegakan hukum untuk menekan biaya eksternalitas,” kata beliau.

Pada akhir pertemuan, Menteri  Sofyan menyarankan agar para stakeholders semakin bersatu untuk mengatasi tantangan-tantangan di atas. “Program in tidak boleh gagal. Kalau gagal, tidak ada lagi policy yang kredibel di mata dunia. Untuk itu, BPDP Sawit, Pertamina, dan para industri harus bersatu dan komit untuk melaksanakan program ini sebaik-baiknya karena tantangan di industri ini cukup besar,” pungkas beliau.*