Menteri Bambang: Perubahan Iklim Menjadi Arusutama dalam Pembangunan Nasional

JAKARTA – Perubahan iklim menjadi salah satu mainstreaming atau pengarusutamaan dalam perencanaan pembangunan nasional. Hal ini ditegaskan oleh Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro saat menjadi pembicara kunci pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rabu (03/08), di Auditorium Dr. Ir. Soedjarwo Gedung Manggala Wanabakti KLHK.

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018 telah dimasukkan wawasan lingkungan  dan perubahan iklim dalam tiap program kerja di semua Kementerian dan Lembaga (K/L). “Kita ingin disetiap program kegiatan di masing-masing K/L juga di Pemerintah Daerah harus memahami dampak dari adanya perubahan iklim serta dapat menyikapi perubahan iklim, terutama di setiap sektornya,“ jelas Menteri Bambang.

Implementasi perubahan iklim menurut Menteri Bambang juga terjadi dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh konsep green economy. Karenanya pertumbuhan ekonomi tidak akan sustainable jika tidak memasukkan green economy ke dalam roh perencanaan pembangunan. Selain itu, Menteri Bambang menuturkan saat ini secara global masyarakat internasional mengarahkan pembangunan negaranya menuju Sustainable Development Goals/SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). SDGs merupakan lanjutan dari MDGs (Millenium Development Goals) yang telah berakhir di tahun 2015 lalu. Adapun perbedaan yang mendasar antara SDGs dan MDGs adalah terletak pada manfaat dan target sasarannya.

“MDGs menekankan pada faktor manusia (kemanfaatan bagi manusia), seperti bagaimana membuat manusia lebih sehat, membuat pendidikan lebih baik, kesejahteraan dan akses terhadap income menjadi lebih baik. Sedangkan SDGs lebih menyeluruh dalam menilai capaian pembangunan  dengan 17 tujuan yang mengakomodir kepentingan ekonomi sosial dan lingkungan,” tegas Menteri Bambang.

Pada awalnya SDGs diperkenalkan oleh para aktivis lingkungan yang menginginkan adanya konsep green economy ketika melihat banyaknya kerusakan lingkungan karena eksploitasi sumber daya alam. “Meskipun SDGs diperkenalkan oleh ahli lingkungan, namun bukan hanya faktor lingkungannya saja yang perlu kita dorong, tetapi juga faktor ekonomi dan sosial,” ujar Menteri Bambang.

Salah satu sasaran adaptasi perubahan iklim adalah penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia. Penurunan emisi menjadi sasaran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang sustainable.  Menteri Bambang mencontohkan seperti di Negara China yang menggunakan energi listrik berbahan bakar fosil dan ini menyebabkan terjadinya polusi udara yang tinggi yang sudah berada dalam tahap yang mengkhawatirkan.

Melihat contoh tersebut maka Menteri Bambang berharap hal tersebut dapat menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk dapat memperhatikan perubahan iklim dengan cara menyiapkan diri/beradaptasi menjadi masyarakat yang friendly terhadap lingkungan.