Menteri Bambang: Perempuan Pekerja Menjadi Driver Penurunan Kemiskinan di Tingkat Keluarga

JAKARTA – Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjadi panelis dalam Seminar Nasional dalam rangka Hari Perempuan Internasional 2018 yang diselenggarakan di Gedung Nusantara IV DPR RI, Senin (19/3). Menteri Bambang mengatakan peranan perempuan sangat sentral, tidak hanya mengurangi kemiskinan tetapi juga berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data Susenas Maret 2017, secara umum tingkat kemiskinan perempuan lebih tinggi hampir di setiap tingkatan umur. Kemiskinan perempuan paling tinggi untuk kategori usia di atas 65 tahun (lansia). Untuk itu, diperlukan strategi khusus untuk mengurangi kemiskinan perempuan, termasuk yang sudah tidak masuk ke dalam kategori usia produktif. “Makin baiknya tingkat kesehatan, maka usia harapan hidup manusia Indonesia makin tinggi. Artinya, kalau usia harapan hidup nantinya makin lama makin tinggi, maka potensi kemiskinan yang terjadi pada perempuan lanjut usia juga makin tinggi,” tutur Menteri Bambang.

 

Dalam konteks pendidikan, jumlah perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Namun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. TPAK perempuan yang rendah menjadi salah satu penyebab pilar daya saing efisiensi pasar kerja Indonesia berada pada peringkat bawah, yaitu posisi 36 dari 137 negara. “Melihat kondisi ini, ada dua isu yang harus diperhatikan. Pertama, kemiskinan perempuan khususnya dengan lanjut usia yang lebih tinggi. Kedua, kesenjangan antara pendidikan dan kesempatan kerja. Maka, pekerjaan rumah kita semua saat ini adalah bagaimana meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan, dimana mereka sudah memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibanding laki-laki,” tegas Menteri Bambang.

Menteri Bambang mengatakan upah perempuan di pekerjaan masih lebih rendah dari laki-laki. Meskipun upah nominal cenderung terus meningkat, namun perbedaan upah tidak mengalami penurunan. Rata-rata upah pekerja perempuan hanya sekitar 79 persen dari upah pekerja laki-laki. “Dengan kata lain masih ada diskriminasi upah terhadap pekerja perempuan dibanding laki-laki. Semakin kuatnya diskriminasi ini akan mengurangi minat perempuan untuk aktif di pasar kerja. Artinya, harus ada upaya penyetaraan tidak hanya pada gender tapi melihat pada kualifikasi. Tidak boleh ada diskriminasi upah hanya berdasarkan gender,” tutur beliau.

Saat ini Indonesia mengalami bonus demografi. Salah satu strategi utama pemanfaaan bonus demografi dalam rangka penurunan angka kemiskinan adalah meningkatkan partisipasi kerja perempuan. Jadi, perempuan harus didorong lebih mudah untuk bekerja atau keinginan lebih untuk bekerja. “Apabila perempuan bekerja, maka mereka yang akan menjadi driver dari penurunan kemiskinan di tingkat keluarga. Tapi, untuk bisa meningkatkan tingkat partisipasi harus ada beberapa pendekatan, yaitu menyediakan lapangan kerja yang baik atau layak, memastikan pelaksanaan prinsip kesetaraan yang sama untuk pekerjaan dan jabatan yang sama, dan meningkatkan kesempatan bagi perempuan untuk menjalankan peran ganda,” pungkas Menteri Bambang.