Kunker ke Gorontalo, Menteri Suharso Lepas Kapal Ekspor Jagung dan Molase serta Resmikan PLTU Anggrek 2x25 MW

GORONTALO – Membuka kunjungan kerja ke Gorontalo, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa melepas kapal ekspor jagung dan molase atau tetes tebu hasil produksi Gorontalo ke Filipina, Sabtu (15/8). Produksi jagung di Provinsi Gorontalo meningkat pesat dan diharapkan dapat mencapai dua juta ton pada akhir 2020. Dalam tiga bulan, sejak Juli hingga Agustus, Provinsi Gorontalo telah berhasil mencatat ekspor 30.400 ton jagung senilai Rp 125,5 miliar serta ekspor molase sebanyak 11.700 ton senilai Rp 31,2 miliar. Menteri Suharso menegaskan Kementerian PPN/Bappenas akan mendesain korporasi petani untuk mengembangkan kapasitas petani di Gorontalo, baik secara individu maupun kelompok. Selain kapasitas petani, penetapan harga jagung untuk industri yang diharapkan berlaku internasional juga menjadi salah satu fokus kunjungan kerja ini. Dengan persediaan yang memenuhi kebutuhan industri tersebut, maka harga jagung pun akan meningkat mengikuti standar internasional. “Kalau sudah ada standar, satu juta ton bisa dipegang semua industri di sini sehingga bisa menaikkan nilai tambah dari jagung dan memastikan harga jagung supaya para petani mendapatkan harga yang tetap,” jelas Menteri Suharso di Pelabuhan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara.

Beranjak dari Pelabuhan Anggrek, Menteri PPN/Kepala Bappenas meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Anggrek 2x25 MW dengan didampingi Gubernur Provinsi Gorontalo Rusli Habibie, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas Kennedy Simanjuntak, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto, serta pemangku kepentingan di Gorontalo. “Konsumsi listrik di Gorontalo masih rendah karena hanya penggunaan rumah tangga. Akses listrik merupakan prasyarat untuk mewujudkan pembangunan sosial ekonomi. Ketersediaan listrik yang cukup akan membuka peluang masyarakat untuk melakukan kegiatan produktif dan bekerja lebih efektif sehingga dapat berkontribusi pada kemajuan ekonomi dan sosial,” jelas Menteri Suharso. Pembangunan akses listrik tersebut sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 untuk memperkuat peran Sulawesi sebagai lumbung pangan nasional dan pengembangan ekonomi berbasis maritim.

Kapasitas 50 MW dari PLTU Anggrek ini menjadikan Provinsi Gorontalo memiliki surplus cadangan kapasitas pembangkit listrik yang tinggi. Surplus tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi upaya pengembangan industri hortikultura di Provinsi Gorontalo yang akan memberikan nilai tambah lebih bagi hasil pertanian setempat, serta kebutuhan listrik daerah lain seperti Provinsi Sulawesi Utara hingga Provinsi Sulawesi Tengah melalui jaringan interkoneksi. Selanjutnya, tantangan lainnya adalah memastikan ketersediaan data untuk memenuhi kebutuhan listrik sampai tingkat desa, terutama selama masa pandemi Covid-19 ini. Menteri Suharso juga mengapresiasi kerja sama yang telah berjalan dengan baik antara Pemerintah Provinsi Gorontalo dengan PT Perusahaan Listrik Negara dalam proses pembangunan PLTU Anggrek selama kurang lebih 13 tahun, dimulai sejak 2007 hingga diresmikan pada Agustus 2020.