Bappenas Pantau Peran Geosite Juru Seberang Dan Geosite Open Pit Nam Salu Dalam Rangka Transformasi Ekonomi Belitung
Siaran Pers - Sabtu, 05 September 2020
BELITUNG – Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas Himawan Hariyoga mengapresiasi kerja sama multipihak yang berhasil mewujudkan pengembangan ekowisata Belitung Mangrove Geopark yang terletak di Geosite Juru Seberang, Belitung. Pada 2017, kawasan yang sebelumnya merupakan lahan pembuangan limbah tailing dari aktivitas penambangan timah tersebut mulai mendapat dukungan pendanaan hibah USAID sebesar Rp 2 miliar dari Kementerian PPN/Bappenas. Dukungan awal tersebut kemudian memicu berbagai pihak untuk ikut dalam proses pengembangan kawasan, salah satunya melalui pendanaan alternatif yakni blended finance dari sejumlah instansi dan lembaga yang jumlahnya kini mencapai Rp 22,2 miliar. “Belitung Mangrove Park adalah contoh sukses kerja sama multipihak. Pengembangan kawasan wisata ini menjadi katalisator untuk mempercepat proses pembangunan lainnya seperti pembangunan infrastruktur jalan, listrik, dan akses transportasi,” jelas Sesmen Himawan di hari ketiga Kunjungan Kerja Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Gugus Tugas Kementerian PPN/Bappenas untuk Percepatan Penanganan Covid-19 dalam rangka Peninjauan Kesiapan Pemulihan Ekonomi dan Sosial dan Persiapan Transformasi Ekonomi Bangka Belitung sebagai Destinasi Prioritas, Sabtu (5/9).
Belitung Mangrove Park juga mampu menciptakan lapangan kerja hijau yang berasal dari masyarakat lokal, sekuestrasi karbon melalui rehabilitasi seluas 50 hektar hutan bakau, dan meningkatnya Sisa Hasil Usaha (SHU) anggota koperasi dari awalnya Rp 3 juta menjadi Rp 20 juta, serta pendapatan tiket masuk hingga Rp 50-65 juta per bulan. Pada masa pandemi Covid-19, penerapan protokol kesehatan dan pengembangan alternatif kegiatan ekonomi lainnya di Geosite Juru Seberang terus dilakukan, seperti kegiatan budidaya udang dan kepiting yang sebelumnya sudah berjalan baik. Dalam kesempatan ini, Sesmen Himawan dan rombongan Kementerian PPN/Bappenas berdialog dengan pengelola Belitung Mangrove Park dan warga sekitar untuk mendengarkan masukan dan saran pembangunan ke depan. “Kementerian PPN/Bappenas itu kan tugas utamanya merancang, menyusun rencana, dan kita tidak ingin mengukir langit, ingin membumi, jadi perencanaannya harus berbasiskan pada evidence atau bukti pada sains. Nah, buktinya harus berdasarkan hasil penelitian, misalkan penelitian tentang mangrove itu seperti apa, apa dampaknya pada penurunan emisi gas rumah kaca, dan lain-lain,” tegasnya dalam diskusi bersama Pemerintah Kabupaten Belitung, pengelola Belitung Mangrove Park, serta penduduk setempat.
Sejumlah efek pengganda dari pembangunan Belitung Mangrove Park adalah perannya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, sebagai ekosistem penting bagi biota laut, pemersatu masyarakat dengan melibatkan suku asli sebagai pengelola, hingga mendorong perekonomian penduduk. Sebelum Covid-19 melanda, jumlah pengunjung Belitung Mangrove Park mencapai 78 ribu wisatawan. “Kawasan Belitung Mangrove Park juga menjadi cerminan yang baik dari praktik Pembangunan Rendah Karbon di tingkat tapak. Kegiatan pariwisata dibangun dengan mempertimbangkan secara baik aspek ekonomi, sosial dan lingkungan secara seimbang hingga mampu menciptakan multiplier effect dalam pengembangannya,” ujar Sesmen Himawan.
Geosite Juru Seberang adalah satu dari 17 geosite yang dimiliki Belitung. Geosite lainnya yang menjadi daya tarik wisatawan adalah Geosite Open Pit Nam Salu, bekas tambang timah terbesar di Asia Tenggara. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan adalah susur gua melewati terowongan bawah tanah. Geosite ini juga memperoleh intervensi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Pariwisata 2019-2020 sebesar Rp 928 juta untuk pembangunan tempat ibadah, toilet, sumber air bersih, dan kios cendera mata. Kunjungan kerja ke Geosite Open Pit Nam Salu menitikberatkan pada tinjauan implementasi protokol produktif dan aman Covid-19 sekaligus faktor keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan. “Faktor keamanan itu menjadi salah satu kunci, makanya kita melihat di sini, kira-kira dari segi pengembangan infrastrukturnya, apa sih yang perlu diperkuat lagi. Ada bagi-bagi tugas nanti, mana yang dilakukan pengelola bekerja sama dengan komunitas yang menjadi ciri khas pengelolaan geosite dan geopark di Indonesia, mana yang menjadi tugasnya kabupaten atau bupati, mana yang menjadi tugas provinsi, dan mana yang menjadi tugas pusat,” tutup Sesmen Himawan dalam kunjungan lapangan ke Geopark Open Pit Nam Salu, Jumat (4/9