Bappenas Dorong Akses Energi Berkelanjutan Di Indonesia

Direktur Energi, Telekomunikasi, dan Informatika Kementerian PPN/Bappenas Rachmat Mardiana mengatakan listrik merupakan layanan dasar yang harus dipenuhi. “Di dalam RPJMN 2020–2024, listrik diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi sehingga dapat tumbuh 6 persen. Listrik juga diharapkan dapat mendukung kawasan pariwisata, ekonomi, dan industri dan sektor penting lainnya,” ujarnya pada Webinar Beyond 100%: Mendorong Penyediaan Akses Energi Berkelanjutan dan Berkualitas di Indonesia, Selasa (28/7).

Terlebih pada masa pandemi, kebutuhan listrik meningkat untuk menunjang kegiatan belajar hingga bekerja dari rumah. Untuk itu, sambungan listrik ke rumah menjadi salah satu perhatian pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Meski demikian, rasio elektrifikasi ini tidak hanya menjadi standar utama untuk memastikan akses energi berkelanjutan di Indonesia. Tercatat rasio elektrifikasi desa listrik Indonesia mencapai 99 persen, meskipun beberapa desa yang tersambung dengan listrik hanya dipakai untuk kebutuhan penerangan saja. Masih ada 433 desa yang belum mendapatkan layanan listrik, baik di NTT, Maluku, Papua Barat, maupun Papua.

Pembangunan jaringan listrik di desa menghadapi beberapa tantangan, seperti kondisi geografis yang menghambat penyediaan listrik yang merata bagi semua penduduk desa. Nilai investasi yang tinggi juga menjadi kendala karena permintaan listrik di desa yang masih rendah. Untuk itu, Rachmat menyarankan penggunaan dana CSR atau Dana Desa. Pengembangan kemampuan masyarakat desa juga penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi desa. Diharapkan justifikasi pembangunan infrastruktur pembangkit listrik bisa diaplikasikan untuk mendorong investasi.

Tidak hanya rasio elektrifikasi, RPJMN 2020–2024 juga mendorong penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai salah satu pengganti sumber energi listrik. EBT diharapkan dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 29 persen, di mana 11 persen pengurangan ditargetkan berasal dari sektor energi. Dari sektor ini pun ditargetkan penurunan GRK, yaitu 5,3 persen dari pembangkit dan 5,7 persen dari non pembangkit. Dalam rencana pembangunan pembangkit, sumber energi terbarukan juga diharapkan dapat menyumbang produksi listrik. Rachmat mengatakan, produksi listrik pada 2024 sendiri ditargetkan bertambah 27.000 MegaWatt.

Untuk itu, diperlukan dukungan dari PT PLN dan masyarakat untuk membuat sumber EBT dengan memanfaatkan sumber daya air seperti waduk dan bendungan. Tidak hanya itu, sumber daya alam seperti geotermal dan surya juga dapat dimanfaatkan menjadi daya pembangkit listrik. Rachmat juga mengatakan, pembangunan EBT tersebut membutuhkan teknologi battery energy storage system yang dapat mendukung pembangkit energi hijau.