Bappenas Berencana Dorong Ekspor Nonmigas Lebih Progresif

JAKARTA - Peningkatan ekspor nonmigas menjadi salah satu prioritas nasional untuk  mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut penuturan Direktur Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti di Gedung Bappenas pada Jumat (4/3) terkait Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017.

Dalam dua tahun terakhir, ekspor nonmigas Indonesia tumbuh negatif sehingga menurut Amalia, Bappenas sedang merencanakan mendorong ekspor nonmigas dengan lebih progresif. Beliau pun sempat menyinggung bahwa dalam perencanaan tersebut, pendekatannya berubah menjadi holistik, tematik, terintegratif dan spasial.

“Pendekatan holistik bermakna peningkatan ekspor nonmigas ini bukan hanya usaha satu kementerian saja, tetapi menjadi tugas beragam kementerian. Pendekatan spasial, yaitu agar daerah memiliki kontribusi terhadap peningkatan ekspor nonmigas. Bukan berarti memberi beban pada daerah, melainkan diharapkan punya komoditas potensial ekspor yang dapat menjadi  ikon daerah juga. Besarnya kontribusi sedang dihitung dan disesuaikan dengan potensi masing-masing,” jelas Amalia.

Pendekatan baru tersebut akan digunakan untuk mendorong ekspor nonmigas. Selain itu, dalam jangka menengah akan terjadi pergeseran struktur ekspor, yaitu tidak lagi bergantung pada komoditas ekspor barang mentah. Selanjutnya akan bergantung pada ekspor barang yang sudah diolah, dan beliau menegaskan bahwa pengolahannya harus di dalam negeri sehingga nilai tambah terbangun.

Berdasarkan data Kementerian PPN/ Bappenas, target ekspor nonmigas tumbuh 10,4 persen pada 2017. Begitu juga dengan perkiraan volume perdagangan barang dan jasa menurut data IMF, akan tumbuh 4,6 persen pada 2017 dari 4,1 persen tahun ini.

World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global tahun 2017 lebih tinggi dari tahun 2016. Artinya optimisme masih ada, maka eksportir dan pengusaha dapat memanfaatkan peluang itu tak hanya komoditas tetapi juga manufaktur. Lihat peluang pasar ekspor baru, dan produk baru yang lebih prospektif terutama produk manufaktur. Kira mengharapkan share ekspor dari produk manufaktur itu menjadi 51 persen dari 39,5 persen,” tutur Amalia.

Menurut penjelasan beliau, dari sisi kebijakan, dukungan pemerintah terhadap ekspor nonmigas ini meliputi penguatan di sisi suplai dan sisi permintaan. Dari sisi suplai, mengikutsertakan partisipasi daerah dalam mendorong ekspor produk lokal potensial, meningkatan ekspor produk UMKM, serta meningkatkan kualitas dan standar produk ekspor. Sedangkan dari sisi permintaan dilakukan dengan meningkatkan market access serta metode promosi dan market intelligence yang lebih baik.*